MALANG, Tugujatim.id – Pemerintah Kota Malang melalui Dinas Lingkungan Hidup berencana merubah dekorasi lampu di proyek revitalisasi Alun-alun Tugu Balai Kota Malang. Lampu yang bakal dipasang memiliki desain yang hampir sama dengan yang dipasang di kawasan Kayutangan Heritage.
Hal itu dijelaskan Kepala DLH Kota Malang, Noer Rahman. Menurutnya, dekorasi lampu di Tugu Balai Kota Malang bakal berubah dan akan seperti yang terpasang di kawasan Kayutangan Heritage. “Lampu di Tugu dekornya berubah, tetap masih ada tiga pasang lampu, desainnya sama seperti di (Kayutangan) Heritage,” ujarnya, pada Senin (10/07/2023).
Kabar pemasangan dekorasi lampu itu didengar oleh pemerhati sejarah dan memberikan saran kepada pihak DLH. Namun Rahman mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki kewenangan yang luas untuk konsep bentuk lampu. Semua itu diserahkan sepenuhnya kepada pihak perencana dan konsultan.
“Untuk konsep perencanaan dari konsultan, kami fokus pada persolaan normalisasi saluran, agar tidak ada genangan di wilayah alun-alun,” ungkap Rahman.
Sementara itu, Pemerhati Sejarah dan Cagar Budaya, Tjahjana Indra Kusuma menyatakan, rencana pemasangan dekorasi lampu dengan desain seperti Kayutangan Heritage akan jadi langkah pengaburan sejarah arsitektural, karena awalnya sudah terbentuk sejak era kolonial.
Ia pun menyarankan agar dekorasi lampu seperti di Jembatan Kahuripan dan Majapahit, agar sesuai dengan langgamnya. “Bisa mengambil contoh seperti di Jembatan Kahuripan dan Majapahit. Itu sesuai langgamnya, memang didesain seperti itu dan satu set dengan jam kota. Itu desain nieuw bowen. Jika dipasang seperti lampu di kawasan Kayutangan, ini bisa jadi pengaburan sejarah arsitektural,” katanya.
Masih kata Tjahjana, kompleks di Balai Kota Malang telah didesain sedemikian rupa, tak hanya bangunan, bahkan pohon pusaka yang ada dan mengelilingi kawasan tersebut merupakan bagian dari desain yang terukur dengan baik.
“Kalau lampu seperti Kayutangan ya tidak selanggam. Lampu di Kayutangan itu konteksnya Malioboro, kalau Malioboro kan langgam keraton. Kota Malang ini nieuw bowen, khas kolonial,” terangnya.
Tjahjana menyarankan agar Pemerintah Kota Malang komunikasi dan koordinasi dengan pihak-pihak yang paham tentang cagar budaya sebelum melakukan pembangunan.
Ia juga mengaku telah memberikan masukan kepada pemerintah terkait hal ini. “Saya sudah sampaikan, tapi apa yang saya sampaikan itu seperti setitik air di tengah padang pasir yang luas,” tutupnya.
Reporter: Yona Arianto
Editor: Lizya Kristanti