MALANG, Tugujatim.id – Memasuki hari terakhir atau hari keempat di pekan pertama program Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) Batch 2 yang digagas oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) dan PT Paragon Technology and Innovation. Para jurnalis dari berbagai media baik nasional maupun lokal mendapatkan materi terkait makna berita dari Konsultan Komunikasi, Tri J Sukaryana.
“Banyak yang melupakan makna kenapa berita ini dibuat, kenapa berita ini penting dibaca. Semua berita seyogyanya memiliki makna, karena ini merupakan pesan kepada masyarakat bahwa berita ini penting,” terangnya kepada para audiens pada Jumat (04/06/2021).
Ia mengatakan kenapa banyak orang hanya membaca berita selintas, karena menurutnya berita itu kurang memiliki makna.
“Kenapa tidak bermakna, karena tidak dibuat paragraf bermakna itu. Oleh karena itu, setiap berita harus memiliki nilai atau news value, news value sebagai salah satu kriteria,” tegasnya.
Pria berkacamata ini mengatakan bahwa berita itu memiliki dampak bagi para pembaca.

“Ini merupakan bagian terpenting dalam berita karena menjelaskan penting tidaknya suatu berita atau isu bagi pembaca. Ini menjelaskan mengapa irang tersebut harus membaca berita kita,” jelasnya.
Makna berita ini dianggap penting, karena menurutnya paragraf yang mengandung makan berita tadi berisi informasi.
“Pembaca pada umumnya adalah scanning reader atau pembaca cepat, sehingga mereka harus memahami berita secara cepat. Karena orang membaca artikel untuk mendapatkan sesuatu dalam bentuk informasi. Dan tidak semua pembaca tahu arti suatu peristiwa atau isu,” bebernya.
Untuk membuat paragraf yang berisi makana berita, Tri menjelaskan bahwa wartawan harus mempertanyakan ulang pentingnya berita tersebut dibuat.
“Tanyakan kepada narasumber yang berkompeten kenapa berita tersebut penting dibuat. Jawaban dari pertanyaan tersebutlah yang disebut makna berita,” ungkapnya.
“Kemudian jangan pernah masukkan opini penulis. Dan perlakuan paragraf makna sebagai bagian unsur berita, agar terbiasa ketika bertemu narasumber,” pungkasnya.