Tugujatim.id – Sebenarnya hari-hari ini, saya menghindari berkomentar mengenai Covid-19 atau virus korona, karena bisa serba salah. Namun, dari awal saya berpikir di luar mainstream, yaitu kita harus berkeyakinan serta berdoa kepada Allah swt. Hal ini agar Covid-19 hilang dan lenyap dari bumi ini, sehingga sudah tidak perlu lagi PSBB, PPKM Mikro, PPKM Darurat, ataupun PPKM Level 4.
Vaksin pun juga bisa jadi sudah tidak perlu karena virus tiba-tiba sudah lenyap. Semuanya normal seperti sediakala. Tetapi, kalau virus itu masih ada seperti sekarang, maka protokol kesehatan dan vaksin sangat diperlukan untuk mencegahnya.
Menghadapi pandemi berkepanjangan ini, dari awal saya sering berkomentar mengenai munculnya “bintang tsuroyya” di waktu fajar. Dikatakan oleh Nabi SAW ini pertanda akhir suatu wabah sebagaimana wabah “thaun” di Suriah pada masa khalifah Umar bin Khattab.
Namun rupanya sedikit sekali yang menghiraukan hal ini. Seakan-akan Covid-19 akan terus ada sampai kapanpun, karenanya kita harus vaksin dan taat protokol kesehatan. Vaksin dan prokes itu baik sebagai ikhtiar, namun apakah kita pernah berpikir dan berdoa kepada Allah swt agar virusnya hilang secara keseluruhan?
Penyelesaian penanganan virus ini, tidak cukup hanya dengan otak kiri yang logis atau rasional dan sistematis. Tetapi, harus dengan otak kanan yang spiritual, inovatif, kreatif (out of the box) serta memohon kepada sang kuasa agar virus hilang dan lenyap.
Tidak ada yang sulit bagi Allah. Bukankah ketika ada awal, pasti ada akhir. Allah juga sesuai dengan prasangka hambanya sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadits qudsi, makanya ada awal munculnya Covid-19, pasti juga ada akhirnya.
Sebagai manusia yang beriman dan beragama dalam bingkai Pancasila, sila pertama dan pasal 29 UUD 1945, sudah seyogyanya bangsa Indonesia berdoa agar virus ini hilang. Ini adalah penyelesaian secara permanen, namun sepertinya kita kurang yakin dengan hal ini.
Kita tentu merasa sangat berduka atas meninggalnya banyak manusia karena Covid-19 ini. Terlebih orang yang dekat dengan kita. Ikhtiar kita selama ini adalah penyelesaian secara temporer dan bukan permanen.
Bisa jadi kondisi begini akan terus berkepanjangan, yang menurut banyak orang, virus ini akan ada dan terus ada. Penyelesaian permanen akan virus ini adalah bukan dari manusia, tapi dari Yang Maha Kuasa.
Manusia hanya bisa mencegah (preventif) dengan cara vaksin dan prokes, ini tentu tidak bisa selesai secara total. Hanya Allah swt yang bisa menyelesaikan virus ini secara total, permanen dan komprehensif.
Termasuk melenyapkan varian Covid-19 seperti varian delta dan lainnya dari permukaan bumi ini. Semua akan normal seperti dulu lagi dan bukan new normal seperti sekarang ini.
Kita harus bertaubat nasuha, fokus dan berdoa kepada Allah agar wabah ini hilang dan dilenyapkan. Kita harus yakin serta tidak boleh ragu. Dengan keyakinan separuh doa kita dikabulkan, sementara keraguan justru merupakan ketidakpercayaan akan kekuasaan sang pencipta.
Korona ini juga dapat dimaknai dari kata “Qorun” (Qof, Ro’, Nun), yaitu manusia kaya raya namun ingkar yang hidup pada era nabi Musa. Kata Qorun ini juga identik dengan sifat keduniawian atau hedonisme yang harus kita tinggalkan.
Kemudian kita jangan pernah berpikir kalau pandemi ini lama dan akan terus ada, ini tentu salah. Kita sangat senang kalau tiba-tiba virus itu lenyap. Bagi Allah semuanya serba mungkin, “kun fayakun”.
Kalau semua normal, tentu sektor ekonomi, pendidikan, aktifitas peribadatan, pariwisata, mobilitas masyarakat, dan lainnya akan pulih seperti sebelumnya.
Bahkan kalau Covid-19 lenyap, vaksin, masker, APD, rapid tes, swab antigen, genose, dst. akan tinggal kenangan. Namun untuk cuci tangan tetap jangan ditinggalkan karena tidak hanya waktu pandemi cuci tangan.
Good bye Covid-19 dan pandemi, jangan pernah datang lagi !!!