MALAYSIA, Tugujatim.id – Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Psikologi UM (Universitas Negeri Malang) berupaya menanamkan rasa cinta Tanah Air dan memperkuat identitas nasional anak dari para Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia.
Tim pengabdian masyarakat internasional ini beranggotakan beberapa mahasiswa, yakni Nur Hafif, Roni Setiawan, Frisca Aulia Permata Sanjaya, dan Laila Nur Indahyati. Serta dosen Pendamping ialah Jati Fatmawati, Ninik Setyowati, dan Retno Sulistyaningsih
Upaya itu dikemas dalam sebuah kegiatan pengabdian di Kuala Lumpur, Malaysia pada Agustus 2024 lalu. Kegiatan ini, masyarakat berfokus pada menumbuhkan nasionalisme anak-anak PMI.
Hal ini dilatarbelakangi oleh minimnya akses pendidikan bagi anak PMI di Malaysia. Ratusan ribu anak pekerja Migran Indonesia di Malaysia bergantung pada sekitar 500 Sanggar Bimbingan (SB) atau Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (CLC) yang kapasitasnya terbatas.
Kondisi ini mengakibatkan banyak anak pekerja migran Indonesia kesulitan mendapatkan pendidikan yang layak.
Berdasarkan hasil observasi tim pengabdian UM pada salah satu sanggar di Sentul, Kuala Lumpur, menunjukkan bahwa sebagian anak tidak bisa membaca. Diketahui, 34,6% dari 52 anak yang disurvei, belum bisa membaca.
Saat pengabdian berlangsung, tim ini menyadari bahwa pendidikan tidak hanya tentang hal akademis. Anak-anak PMI yang tumbuh di lingkungan berbeda ternyata perlu menumbuhkan rasa nasionalisme terhadap ibu pertiwi.
Melalui program yang dirancang dengan pendekatan psikologis, tim Mahasiswa Fakultas Psikologi UM melaksanakan agenda pengenalan budaya dan permainan tradisional Indonesia.
Kegiatan dilaksanakan bertepatan dengan kemerdekaan Indonesia di sanggar, pada Sabtu (17/08/2024). Acara ini diisi dengan berbagai rangkaian kegiatan. Metode ini efektif membangun nasionalisme dan menumbuhkan kebanggaan sebagai bagian dari Indonesia.
Anak-anak PMI nampak antusias mengikuti berbagai jenis lomba dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Menggambarkan betapa besar potensi nasionalisme yang tersimpan dalam diri mereka.
Momen perayaan kemerdekaan Indonesia di Negeri Jiran menjadi salah satu momen mengharukan. Sekaligus menggambarkan bahwa jarak dan perbedaan budaya bukanlah penghalang dalam menumbuhkan rasa cinta tanah air.
Meskipun demikian, perjuangan untuk mengabdi di Sanggar Belajar tidaklah mudah. Keterbatasan sumber daya dan ancaman penggusuran menjadi tantangan yang harus dihadapi.
Masalah ini juga perlu diselesaikan secara seksama melalui kolaborasi antar berbagai pihak, termasuk pemerintah Indonesia, KBRI, LSM, dan universitas di seluruh Indonesia, untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan untuk anak pekerja migran Indonesia.
Salah seorang mahasiswa sekaligus anggota tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Psikologi UM, Hafif menyampaikan, jika pihaknya percaya bahwa pendidikan nasionalisme harus dirancang dengan memperhatikan aspek psikologis anak.
Pendekatan yang kreatif, partisipatif, dan menyenangkan akan lebih efektif dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan.
“Kami berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam upaya merajut asa dan mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi anak pekerja Migran Indonesia di Malaysia,” ujarnya.
Ke depan, ia berharap kegiatan ini menjadi pengalaman berharga dan manpu menginspirasi lebih banyak pihak yang terlibat. Bukan saja memperjuangkan hak pendidikan, namun menumbuhkan rasa cinta tanah air bagi generasi muda Indonesia di perantauan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Reporter : Feni Yusnia
Editor: Darmadi Sasongko