Tugujatim.id – Film yang bertema penjajahan biasanya menyuguhkan cerita-cerita tentang kejahatan, kekerasan, dsb. Sering juga menyorot pertikaian atau perkelahian antar penjajah dan yang dijajah.
Namun berbeda dengan film ‘Oeroeg’ yang diproduksi pada tahun 1993. Film ini menceritakan tentang persahabatan antara anak Belanda dan anak Indonesia pada saat zaman kolonial Belanda. Disajikan dengan bahasa Belanda menambah pekatnya suasana zaman kolonial.
Film yang disutradarai Hans Hylkema ini diadaptasi dari novel terkenal dengan judul yang sama. Karya Hella. S. Haasse yang terbit pada tahun 1948.
Di awali dengan cerita berlatar belakang alam, mula-mula penonton diajak melihat kehidupan anak seorang tentara Belanda bernama Johan Ten Berghe. Dia lahir dan besar di Hindia Belanda, hidup di tengah keluarga yang kaya.
Johan memiliki sahabat anak bumiputera bernama Oeroeg. Ayah Oeroeg merupakan babu ayahnya John. Namun demikian, keduanya tetap bersahabat dengan akrab.
Persahabatan manis yang sudah mereka jalin sejak kecil ternyata harus kandas. Oeroeg harus tegas membela negaranya. Apalagi setelah diketahui penyebab dia menjadi yatim akibat perbuatan ayah Johan. Penjajah itu mengorbankan ayah Oeroeg untuk menolong Johan yang tenggelam saat kecil dahulu.
Johan yang saat itu harus melanjutkan kuliah di Belanda, berusaha bertemu dengan sahabat kecilnya tersebut. Tetapi dengan tegas Oeroeg menolak Johan dan menyuruhnya segera pergi ke negaranya.
Salah satu bagian menarik dari film ini ada pada saat pertemuan tersebut. Oeroeg secara terang-terangan ingin menunjukkan perlawanannya terhadap Johan dengan menyanyikan lagu ‘Wilhelmus Van Nassouwe’ yang diubah beberapa kata dari lirik lagunya.
Terjadi pertengkaran yang cukup sengit pada adegan tersebut. Oeroegmengungkapkan kekesalannya akibat ketidakadilan yang diberikan Belanda kepada penduduk pribumi.
Walaupun mereka dibesarkan bersama dengan pendidikan dan fasilitas yang sama tetapi diskriminasi kepada penduduk pribumi tetap dirasakan.
Bingung dan sedih, Johan menganggap bahwa sahabatnya tersebut telah berubah sikap. Puncak dari pertengkaran terjadi ketika percakapan terkait kematian ayah Oeroeg.
“Jouw vader had ook moeten zijn en niet mijn vader, jij hebt mijn vader van moord!,” kata Oeroeg. (Ayahmu yang seharusnya mati, bukan ayahku. Kau membunuh ayahku!)
“Meer van even mijn leven gered zonder Dempo was ik verbroken,” balas Johan. (Tapi dia menyelamatkan hidupku. Tanpa Dempo aku akan tenggelam)
Pada percakapan ini ternyata Johan merasa ayah Oeroeg sangat berjasa kepadanya. Tetapi Oeroeg marah dan mengatakan mengapa tidak ayah Johan saja yang menyelematkan anaknya sendiri. Tetapi Johan menyangkal dengan mengatakan
“Papa kan niet zwemmen.” (Papa tidak bisa berenang)
Oeroeg semakin marah karena dia tahu itu hanyalah kebohongan yang diceritakan ayah Johan kepada anaknya. Dia mengusir Johan dan berkata untuk tidak kembali lagi.
Di akhir cerita mereka berdua sempat bertemu, tetapi tidak untuk waktu yang lama. Johan berusaha memanggil Oeroeg yang terlihat dingin pada saat itu. Namun Oereog meyakinkan kepada Johan bahwa mereka tidak hanya sebatas sahabat, tetapi akan tetap menjadi saudara sampai kapanpun.
“Tawalatu Tawalata, jauh dekat tetap saudara”
Sarat akan nilai-nilai, film ini sangat direkomendasikan untuk Anda. Apalagi sebentar lagi merupakan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-76. Selain untuk menemani waktu libur di rumah, juga menambah pengetahuan kita tentang kejadian di masa kolonial.