TUBAN, Tugujatim.id – Kampus Merdeka menjadi program terobosan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek RI) dalam memecahakan masalah pendidikan di Indonesia yang dianggap monoton, khususnya di perguruan tinggi. Kemendikbudristek memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengasah minat dan bakat dengan terjun langsung ke dunia kerja, yang hari ini dirasa sangat dipelukan oleh mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman berbeda.
Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek Prof Nizam dalam memberikan materi di acara pelatihan jurnalistik Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) 2021 Batch 3 yang diselenggarakan oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) pada Senin (01/11/2021) secara virtual menuturkan, dengan mengikuti berbagai program yang disediakan dalam Kampus Merdeka, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan passion dan bakat yang dimiliki secara lebih fleksibel.
Guru Besar Teknik Sipil dari Universitas Gadjah Mada UGM ini menerangkan, ada sembilan program yang disediakan dalam kampus merdeka, Di antaranya, pertama pertukaran mahasiswa. Dalam program ini, mahasiswa diberikan kesempatan untuk bisa mengenal keberagaman budaya Nusantara.
Kedua, intership di industri, di program ini mahasiswa bisa terjun langsung di tempat kerja mitra kampus. Harapannya, dengan pengalaman baru ini, mahasiswa akan mendapatkan ilmu yang relevan dan ending-nya bisa diterapkan setelah menempuh kuliah.
“Terjun ke dunia kerja menjadi pengalaman yang sangat berharga dirasakan oleh mahasiswa. Di mana dia merasakan langsung suasana dunia kerja itu seperti apa. Dan pada saatnya nanti, mereka tidak kaget dan bisa langsung menyesuaikan. Yang mengikuti magang sudah hampir 15 ribu mahasiswa,” ujar pria kelahiran Surakarta, 6 Juli 1961 ini.
Selanjutnya, kampus membangun desa. Mahasiswa berkolaborasi dengan pemerintahan desa untuk melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat desa. Program ini bekeja sama dengan Kementerian Desa dan Kementerian Pertanian. Ada sekitar 20 ribuan mahasiswa yang memilih program ini.
Keempat, inovasi mahasiswa. Program ini cocok bagi mahasiswa yang memiliki ide inovatif dan memiliki minat untuk melakukan riset. Kemudian kampus mengajar, kegiatan lebih melatih diri dalam penguatan terdahap literasi. Program ini untuk peningkatan penggunaan teknologi dalam pendidikan.
Lalu studi mandiri, program ini cocok untuk mahasiswa yang memiliki minat menjadi seorang peneliti. Dalam program ini, mahasiswa bisa belajar di laboratorium pusat riset.
Dan ada program Indonesian International Student Mobility (IISM). Dalam program ini memberikan kesempatan mahasiswa untuk bisa belajar di luar negeri. Tujuannya untuk memperkaya wawasan pemahaman lintas budaya di luar negeri.
Kedelepan, kewirausahaan mahasiswa. Program ini memberikan kesempatan untuk mengikuti peningkatan kompetensi beriwausaha, tentunya bimbingan dosen ataupun mentor kewirausahaan, dan selanjutnya proyek kemanusiaan. Dalam program ini, mahasiswa diajak langsung terjun di wilayah rawan bencana. Harapannya dengan melibatkan mahasiswa akan menjunjung tinggi nilai kemanusian.
Dia menyebutnya sebagai model merdeka atau free format. Di mana mahasiswa tinggal memilih mata kuliah pilihan apa saja yang akan ditinggalkan dan diganti dengan 20 SKS program MBKM atau berapa pun bobot SKS program tersebut (bisa 8, 10, 20, bahkan 40 SKS) sesuai Permendikbud No 3 Tahun 2020 Pasal 17 dan 18 .
“Mahasiswa kalau mengambil program MBKM 20 SKS ya langsung saja blok, dapat 20 SKS tanpa harus dipetakan dengan mata kuliah yang sesuai. Namanya juga hak belajar di luar prodi/kampus,” ungkap pria yang pernah menjabat sebagai sekretaris Dewan Pendidikan Tinggi (DPT) dari tahun 2008-2013.
Seirama dengan yang diungkapkan Prof Nizam, Rektor Universitas PGRI Ronggolawe (Unirow) Tuban Prof Dr Supiana Dian Nurtjahyani mengatakan, telah menerapkan pembelajaran tersebut. Dia melanjutkan, beberapa hari yang lalu sejumlah mahasiswa kampus yang beralamat di Jalan Manunggal ini juga mengikuti program transfer kredit internasional. Mereka berkesempatan mengikuti kuliah online dengan di Christ College Irinjalakuda India.
Dari 881 perguruan tinggi yang mengikuti program transfer kredit internasional, hanya 113 yang diterima. Namun, program tersebut tidak hanya di Christ College Irinjalakuda India, tapi di beberapa kampus terkemuka lainnya. Termasuk di dalamnya Unirow Tuban yang mengirimkan 9 mahasiswanya untuk mengikuti program ini.
“Alhamdulillah, 9 mahasiswa kami lolos transfer kredit internasional dan mendapatkan berbagai fasilitas. Di antaranya, bantuan biaya hidup mahasiswa, bantuan biaya pendidikan (dapat berupa biaya registrasi, biaya cetak, sertifikat/transkrip akademik, biaya program, biaya perpustakaan, dan lain-lain). Serta bantuan pembelian buku dan/atau akses jurnal,” ucap Prof Dr Supiana Dian Nurtjahyani.
Selain itu, juga telah dilakukan kerja sama dengan bebeberapa perusahaan media yang ada di Tuban dan Bojonegoro serta organisasi kewartawanan, pengawas pemilu, kampus, hingga pelaku industri.