BOGOR, Tugujatim.id – Sore yang cerah dengan semburat matahari terlihat hendak pergi dan rintik hujan jatuh malu-malu, Firman Sukmawirya tengah asyik menertawakan lelucon dari seorang anak belia yang mengajaknya bercanda ditemani riuh obrolan dari anak-anak lainnya. Mereka sedang berkumpul di selasar ruangan paling atas sebuah kantor Yayasan Sekolah Luar Biasa (SLB) Cahaya Qur’an Bogor. Dialah pendiri SLB tersebut.
Firman Sukmawirya yang senang berinteraksi dengan anak-anak difabel itu merupakan sosok pahlawan pendidikan yang telah merintis SLB Cahaya Qur’an sejak 2013. Dia mengambil keputusan yang sangat berani untuk meninggalkan dunia kerjanya. Dia kemudian fokus membantu masyarakat kurang mampu, khususnya dalam memberikan pendidikan, yang layak bagi anak-anak istimewa.
Perjalanan Firman Sukmawirya diawali dengan rasa empati yang tinggi, melihat fakta lapangan bahwa kurangnya infrastruktur pendidikan bukan alasan bagi anak difabel tidak bisa sekolah. Tapi, keterbatasan ekonomi keluarganya yang membuat mereka tidak bisa mengenyam pendidikan.
Also Read
Untuk diketahui, SLB Cahaya Qur’an yang terletak di daerah Ciampea, Bogor, saat ini sudah menampung 36 siswa difabel dari berbagai daerah. Sekolah ini menjadi satu-satunya sekolah luar biasa swasta gratis di Kabupaten Bogor.
Awalnya, sekolah yang didirikan oleh mantan pekerja hotel ini hanya diperuntukkan untuk anak-anak tunanetra. Waktu berlalu dan banyak permintaan orang tua lainnya untuk menitipkan anak yang mempunyai jenis disabilitas berbeda, seperti tunagrahita, Tuli, tunadaksa, dan anak- anak autis agar dapat bersekolah di sini.
Hebatnya lagi, Firman, sapaan akrabnya, sudah menerapkan sistem asrama yang saat ini baru diperuntukkan bagi siswa tunanetra. Hal ini menjadi wadah bagi para siswa untuk bisa belajar mandiri seperti siswa normal lainnya.
Mereka juga dapat mencukupi kebutuhan sarana tempat tinggal serta makanan dan minuman yang tak perlu dibayar karena pembiayaan berasal dari donatur. Firman juga memberikan suntikan optimistis pada anak-anak asuhnya bahwa mereka akan tumbuh menjadi bibit unggul yang sukses.
Selain itu, mereka akan memiliki cita-cita besar sebagaimana anak-anak normal lainnya. Hal tersebut terlihat dari aktivitas anak-anak asuhnya yang sudah memiliki prestasi di berbagai bidang. Misalnya, pernah juara puisi dan nyanyi.
“Visi kami, yaitu membuat mereka punya cita-cita seperti orang pada umumnya. Kami akan cari minat dan bakatnya. Saya punya keinginan bahwa ini bukan angan-angan mereka saja,” kata lelaki yang menyukai aktivitas sosial tersebut.
Dia kerap kali memberikan nasihat bahwa setiap anak-anak yang berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama mendapatkan pendidikan berkualitas berstandar kurikulum nasional. Keterbatasan, bagi Firman, bukan merupakan halangan terhentinya kreativitas diri seseorang. Karena itu, dia mengatakan, bagi siapa saja yang sudah diberikan kesempurnaan maka harus bersyukur kepada Tuhan.
“Disabilitas bukanlah pilihan hidup mereka. Jika bisa memilih, mereka akan memilih untuk jadi orang normal. Tapi, ternyata mereka tidak masalah dengan dirinya sendiri. Karena itu, siapa saja yang sudah diberikan kesempurnaan harus bersyukur,” ujarnya.
Salah satu orang tua dari siswa SLB Cahaya Qur’an bernama Sopia Halim mengatakan, berterima kasih dengan adanya sekolah tersebut. Dia dapat menyekolahkan anaknya tanpa memikirkan biaya.
“Anak saya ingin sekali bersekolah seperti anak-anak lainnya. Saya akhirnya menyekolahkannya di sekolah sebelumnya, tapi saya tidak kuat karena terkendala biaya. Saya bersyukur sekarang anak saya dapat bersekolah di SLB Cahaya Qur’an,” ujar Sopia.