TUBAN, Tugujatim.id – Petani garam di Desa Pliwetan, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, tampak lesu dan tidak bergairah saat ditemui di lahan produksinya. Mereka mengeluhkan kondisi cuaca yang tidak menentu, termasuk intensitas hujan. Sehingga, membuat hasil yang diperoleh kurang maksimal.
Saah satunya Roy Septian (23), warga setempat. Dia mengggarap lahan milik kakeknya. Hampir selama setahun ini, dia mengaku hanya merasakan panen beberapa kali dalam sebulan. Jika dijumlah, hanya mendapatkan sekitar 4 ton saja. Jika dibanding dengan tahun sebelumnya, bisa memproduksi 30-40 ton dalam waktu 3-4 bulanan.
“Kita panennya lebih awal. Masanya hanya satu bulan saja. Dapatnya juga tidak maksimal,” ucap Roy, pada Senin (10/10/2022).

Saat ini, dia baru akan mempersiapkan lahan produksi. Namun, curah hujan yang tinggi menyebabkan genangan air yang cukup luas, sehingga menghambat proses produksinya. “Ini lagi ngambilin patek (pasak) yang terpasang di alas. Ini mau menyiapkan tapi banyak genangan,” katanya.
Dia mengatakan, para petani garam sama sekali tidak mengira akan terjadi hujan intensitas tinggi pada akhir bulan September. Padahal pada periode tersebut, lazimnya petani bisa mempersiapkan lahan untuk membuat garam. Namun karena sering hujan, petani belum bisa melakukannya.
Meskipun begitu, dia bersyukur dengan harga jual garam yang sedikit lumayan tinggi, dibandingkan tahun-tahunnya sebelumnya. Semingguan terakhir, lanjut Roy, tengkulak berani membeli sekitar Rp1000 per kg. Sedangkan pada periode yang sama di tahun lalu, harga garam anjlok sampai dengan Rp200-300 per kg. “Ini termasuk lumayan tinggi dengan harga segitu,” pungkasnya.