Tugujatim.id – Tidak ada perasaan menyesal saat akan mengakhiri tahun 2022. Selama 365 hari di tahun ini menjadi hari-hari berharga yang membentuk tiap manusia. Begitu pun denganmu. Tahun ini, lebih banyak buku yang dibaca, lebih banyak pengalaman yang dilalui, lebih banyak orang-orang baru yang ditemui, lebih banyak kesempatan yang di-iyakan, lebih banyak sakit yang dipendam, lebih banyak tangis yang disembunyikan, lebih banyak ketakutan yang ditaklukkan, lebih banyak ragu dan khawatir yang ternyata tidak sebesar itu nyatanya.
Tahun 2022 ini, banyak kegagalan yang telah kau dapatkan. Maret, kau mendapatkan kegagalan pertamamu. Gagal masuk Finalis Duta GenRe Jawa Timur. Tiap tahun, perwakilan dari Kabupaten Malang selalu menorehkan prestasinya di Jatim. Pada 2017, Mas Bima menjadi Juara 1 Duta GenRe Jatim dan menjadi Juara 1 Duta GenRe Indonesia. Pada 2018, Mas Martin dan Bilqis masuk ke-3 besar.
Sementara itu pada 2020, Mas Aizat Juara 2 Duta GenRe Jatim. Dan 2021, Kansa mendapatkan penghargaan Duta GenRe Inspiratif. Dan 2022? Tidak ada capaian prestasi apa pun. Kau gagal menyambung estafet prestasi di Kabupaten Malang. Namun nyatanya? Sama sekali tidak menyesal. Tidak menyalahkan diri sendiri. Tidak melabeli diri sendiri sebagai orang yang gagal. Respons kawan-kawan ketika kau gagal juga tidak seperti yang dibayangkan (akan menghina, mengolok-olok, dan lain-lainnya).
Kok rasanya aneh ya? Kau mengambil jeda sejenak. Menyendiri. Tanya diri.
“Mengapa tidak merasa gagal?”
Saya telah berjuang sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya. Saya berusaha dan berdoa tiada putus. Jika saya gagal? Itu bukan karena saya yang tidak berjuang, tapi Allah lebih tahu mana yang baik bagi setiap hambanya. Ya, itu adalah kalimat yang kau pegang saat dulu memutuskan untuk daftar Apresiasi Duta GenRe Jawa Timur 2020, kelak juga menjadi alasan hal-hal yang kau perjuangkan.
Kau katakan, “kamu harus melakukan sebaik yang kamu bisa, terus dorong batas itu. Nanti, saat kamu gagal, setidaknya kamu tidak menyalahkan dirimu sendiri karena tidak berjuang dengan sungguh. Nanti saat kamu gagal dalam hasil, setidaknya kamu menjadi pemenang dalam proses yang dijalani saat ini.” Itulah mental luar biasa yang kau dapatkan dari petualangan ini. Prinsip itulah yang melatarbelakangi keberanianmu untuk mencoba banyak hal dalam tahun ini.
Begitu pun dengan kegagalan yang kau dapatkan seminggu yang lalu. Gagal menjadi Presiden Mahasiswa Al-Qolam. Segala daya upaya, ikhtiar dan doa, semua sudah kau lakukan. Mencari kawan seperjuangan, membentuk tim sukses, mencari dukungan ke sana ke mari, melakukan kampanye secara sehat, semua sudah kau lakukan. Namun, tugasmu memang cukup berjuang saja. Hasilnya? Allah yang lebih tahu semuanya.
Kau sudah tahu rasanya gagal. Dan “kegagalan” ternyata tidak semenakutkan itu kan? Lihatlah kau sekarang. Kau baik-baik saja. Waktu menyembuhkan dan kau mengizinkannya.
Hari ini, kau bertanya ke dirimu, sekali lagi…
Hai, Rahayu! Apa kabar? Semua ternyata baik-baik saja kan?
Terima kasih untuk satu tahun yang luar biasa ini. Terima kasih untuk tahun yang membentukmu dengan sangat baik. Selama 12 bulan di tahun ini sudah terlewati. Semua kurva kehidupan itu sudah berhasil kau lalui. Jangan takut untuk melangkah lagi ya? Kalau suatu saat ketakutan itu datang kembali, kamu ingat-ingat, hal apa saja yang dulu juga sama menakutkannya tapi kamu melaluinya dengan baik.
Pencapaian terbesar dalam hidup di tahun ini adalah pilihan untuk menjadi berani. Dalam hal apa saja. Berani untuk memutuskan, berani berkata iya dan tidak, berani mengambil peran, berani mengambil risiko, berani untuk mencoba hal baru, bahkan berani untuk bersuara di kelas adalah keberanian yang perlu disyukuri. Jika mengevaluasi dari tahun-tahun sebelum ini, keberanian dalam diri tidak sebesar ini. Kenapa? Karena takut gagal, takut dianggap buruk, takut dianggap tidak memiliki kemampuan oleh lingkungan. Saking takutnya sampai tidak berani mencoba. Tidak melakukan apa pun, ya otomatis mutlak gagal.
Namun, pelajaran berharga dari tahun ini adalah kamu selamat menghadapi tiap ragu, takut, dan khawatir. Kamu berhasil memilih untuk jadi berani. Keberanianmu ternyata lebih besar dari tiap ragu, bimbang, takut, dan perasaan negatif lainnya. Hal-hal yang berlalu di tahun ini, akhirnya kau kenang sebagai ingatan yang baik bukan? Karena apa? Karena kamu berani menaklukkannya.
Kamu berani untuk maju di Pemilihan Duta GenRe Jawa Timur, meski belum lolos final.
Kamu berani menjadi penggagas UKM PIK-R, meski itu jelas tidak mudah.
Kamu berani untuk mengikuti Lomba Menulis Biografi Ulama, dengan penuh suka cita.
Kamu berani untuk mengikuti Seleksi Diklat Kepemimpinan Mahasiswa, meski banyak yang ingin menggagalkan.
Kamu berani untuk ikut dalam Temu Saka Kencana Jawa Timur, di saat waktu serasa tidak memungkinkan untuk berangkat.
Kamu berani mencalonkan diri menjadi Presiden Mahasiswa Kampus, menjadi orang pertama yang akan tercatat dalam sejarah. Perempuan pertama, CaPres non Omek, dan dari Prodi minoritas (KPI).
Jangan takut mencoba lagi, Rahayu. Gagal? Ya cuma segitu saja rasanya. Dua-tiga hari pasti akan berlalu juga. Yuk, tahun depan, harus ikut sebanyak-banyaknya lomba dan kegiatan. Jangan mau kalah dengan rasa takutmu. Jangan sampai menyesal karena hanya bersenang-senang saja di masa muda. Bersenang-senanglah dalam perjuangan. Coba semua yang datang. Taklukkan semua yang hadir. Nikmati jatuh bangun itu. Nanti akan ketemu ujungnya. Asal, jangan pernah berhenti mencoba.
Kegagalan yang datang padamu, ternyata bisa semanis ini rasanya. Ya, karena kamu menikmatinya, Rahayu. Kamu menikmati bagianmu, dengan sungguh-sungguh!
Selamat menyambut 2023!
Jemput takdir baikmu di tahun depan!
Penulis adalah mahasiswi KPI Al-Qolam Kabupaten Malang.