YOGYAKARTA, Tugujatim.id – Memperingati satu tahun diberlakukannya Omnibus Law, sejumlah pelajar dan mahasiswa Yogyakarta menggelar aksi Gejayan Memanggil pada Sabtu (9/10/2021). Aksi kali ini bertajuk Selamatkan Warga Yogya.
Demonstrasi yang diikuti oleh gabungan pelajar, mahasiswa, lembaga, dan Individu Merdeka ini digelar bertepatan dengan singgahnya Presiden Republik Indonesia di Gedung Agung Istana Kepresidenan Yogyakarta, selepas kunjungan kerjanya dari Bali.
Aksi tersebut menyuarakan 3 tuntutan regional dan 9 nasional. Tuntutan regional di antaranya: tetapkan UMP DIY yang layak, hentikan penambangan ilegal dan tidak ramah lingkungan, dan cabut Pergub DIY No. 1 Tahun 2021.
Adapun 9 tuntutan nasional yang disuarakan yaitu: cabut Omnibus Law beserta aturan turunannya, cabut UU Minerba, cabut UU KPK, pecat Firli Bahuri dan pulihkan kembali KPK, laksanakan Reforma Agraria, tuntaskan kasus pelanggaran HAM berat, stop kriminalisasi dan intimidasi terhadap aktivis, sahkan RUU PKS versi draft jaringan masyarakat sipil, buka ruang demokrasi seluas-luasnya untuk Papua Barat, dan tolak komersialisasi pendidikan.
Aksi dimulai dari berkumpulnya masa di Bunderan UGM sekitar pukul 11.00 WIB, kemudian bergerak menuju Pertigaan Gejayan sekitar pukul 14.00 sebagai venue utama.
Selain menyampaikan aspirasi melalui orasi dan kritik yang disampaikan oleh perwakilan Pelajar, Mahasiswa, Lembaga, dan Individu Merdeka. Aksi Selamatkan Warga Yogya itu juga diwarnai dengan kritik dan aspirasi yang disampaikan melalui media seni.
Salah satunya seni musik yang dibawakan oleh Kepal SPI (Keluarga seni pinggiran anti kapitalisasi – Serikat Pengamen Indonesia). Dalam aksi ini Kepal SPI membawakan beberapa lagu ciptaan mereka yang bernuansa satir penuh kritik terhadap pemerintah.
Dalam aksi sebelumnya Kepal SPI juga turun ke jalan untuk aksi yang sama, yakni penolakan terhadap Omnibus Law. Ditanya tentang alasan turun kejalan, Gonjes salah satu personil Kepal SPI mengatakan lasannya kepada Tugujatim.id.
“Kita ya memang harus hadir di aksi ini untuk memperingati bagaimana Dewan Perwakilan Rakyat sangat tidak aspiratif terhadap kegelisahan rakyat,” kata dia.
Sementara itu Lim, Koordinator Aksi, mengungkapkan penggunaan seni musik dan teatrikal sebagai media penyampaian aspirasi yang tidak repetitif.
“Kami nyari media yang enggak repetitif. Kita tidak mau menaruh garam di laut, jadi kita nyari kira-kira metode apa yang sekarang yang paling relevan buat temen-temen di aksi dari Gejayan,” paparnya.
Dia juga mengatakan bahwa acara yang di Gejayan pada tanggal 9 Oktober 2021 ini hanyalah pembukaan yang memungkinkan aksi selanjutnya yang mungkin lebih besar.
“Aksi hari ini jadi pembuka ke narasi-narasi selanjutnya sih, nanti mungkin ada konsodilasi lagi, teknis lapangan lagi untuk aksi berikutnya. Kemungkinan sekarang kita fokus di 20 Oktober di tiga tahun Jokowi,” kata dia.
Perhelatan Aksi yang dihadiri kurang lebih 300 massa ini berjalan dengan damai dan tertib. Selama aksi berjalan, masa aksi tetap mematuhi protokol kesehatan dengan tetap memakai masker dan membawa hand sanitizer pribadi.
“Kita berupaya semaksimal mungkin untuk ini sih, untuk mengingatkan masa aksi untuk menjaga protokol dan segala macam,” ujarnya.