MALANG, TuguJatim.id – Apa itu baby blues, dan sebahaya apa bagi kesehatan seorang ibu? Mari simak penjelasan Dosen Psikologi Universitas Negeri Malang (UM), Dewi Fatmasari Edy, M.A., berikut ini!
Menikah memang tampaknya menyenangkan, sebab siapa yang tidak ingin segera menemukan tambatan hatinya secara sah. Namun, siapa sangka tidak segala hal yang berkaitan dengan menikah dapat dikatakan selalu bahagia dan menyenangkan.
Karena seorang pasangan harus mempersiapkan kehidupan setelah menikah, apalagi suatu saat ketika memiliki seorang anak. Salah satu resiko yang harus dipersiapkan dengan matang sebelum berencana memiliki anak adalah kemungkinan baby blues. Apa itu baby blues?
Dosen Psikologi Universitas Negeri Malang (UM), Dewi Fatmasari Edy, M.A. mengatakan bahwa baby blues itu merupakan syndrom yang dialami seorang ibu pasca melahirkan.
“Jadi baby blues itu bukan gangguan psikologi, namun sebuah syndrom. Syndrom yang dimaksud ialah kondisi seorang ibu yang mengalami depresi ringan pasca melahirkan,” ucap Dewi Fatmasari Edy.
Namun, walaupun dikatakan depresi ringan. Namun baby blues memiliki dampak yang besar jika tidak segera diatasi.
“Baby blues itu sebuah syndrom yang mengkhusus, kayaknya sepele karena ringan. Tapi bisa berdampak buruk kalau dibiarkan, bisa berdampak ke diri dan lingkungannya, khususnya dampak ke bayinya,” jelasnya
Lalu apa saja penyebab baby blues?
Penyebab Baby Blues
1. Perubahan Hormon Biologis
Pertama, penyebab seorang ibu terkena baby blues ialah perubahan hormon biologis. Dikatakan perubahan hormon biologis sebab pasca melahirkan peran yang diemban pun cukup berpengaruh.
“Karena memicu perubahan suasana hati bagi ibu, akibat perannya yang berubah. Ada perubahan hormon yang terjadi pasca melahirkan” tuturnya.
Hal ini memicu terjadinya perubahan suasana hati. Ketidak siapan dalam mengemban peran ganda sebagai istri dan ibu menjadi hal yang berpengaruh pada munculnya resiko terkena baby blues.
2. Kesulitan Beradaptasi
Secara psikologis, salah satu penyebab baby blues adalah kesulitan beradaptasi. Apalagi bagi seorang ibu yang baru pertama kali melahirkan dan punya anak. Perasaan tidak siap dengan perubahan menjadi pemicu baby blues.
“Sebelum punya anak pola hidup lebih teratur, menyesuaikan diri dan suami yang mungkin cenderung bisa dikomunikasikan. Setelah ada anak, siklus itu berubah dan memerlukan adaptasi tergantung pada kondisi anak, ibu perlu menyesuaikan dengan siklus tidur anak misalnya, pola makan, waktu dan sebagainya” ungkapnya.
Lebih lanjut, Dewi menjelaskan bahwa kondisi kehidupan sebelumnya berpengaruh pada kesulitan beradaptasi. Dari yang sebelumnya bisa bebas, sekarang sudah jadi ibu dan tanggung jawab besar, selain itu resiko kurang tidur mengurus anak, harus menyesuaikan waktu yang sudah tidak bisa semaunya karena ada yang diurus.
3. Riwayat Kerentanan Gangguan Mental
Riwayat seorang ibu yang dahulunya pernah memiliki gangguan mental bisa berpengaruh pada baby blues.
Sebab, kerentanan gangguan mental ini bisa memicu terpancing kambuh kembali setelah memiliki anak jika ibu kurang memiliki kesiapan.
“Jadi saat punya anak, siklus berubah, hormon berubah, kurang istirahat itu bisa mentriggger gangguan yang pernah dialami itu jika ibu belum memiliki strategi penanganan yang baik,” imbuhnya.
Sehingga, antar penyebab satu dengan lainnya sangat berkesinambungan. Jadi, tidak bisa dipisahkan antar penyebab satu dengan lainnya. Bahkan, dampak yang ditimbulkan dari penyebab baby blues sangat besar.
Dampak Baby Blues
Dampak yang ditimbulkan bila sudah terkena baby blues sangat besar, diantaranya
1. Dampak Lingkungan
Dampak lingkungan ini, bisa dikaitkan dengan dampak yang melibatkan bayi yang baru dilahirkan. Sebab, bayi yang baru dilahirkan itu masih butuh attach atau kelekatan dari ibunya. Sedangkan, jika seorang ibu terkena baby blues maka tidak akan maksimal dalam mengurusnya dan memberikan kelekatan antar ibu-anak.
2. Dampak Diri Sendiri
Mood berantakan akan berpengaruh pada produktivitas seorang ibu, bisa menjadi mudah menangis, mudah lelah, atau bahkan nafsu makan menurun yang berpengaruh pada kondisi fisik juga.
Cara Mencegah Baby Blues
Cara mencegah ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya baby blues bagi seorang ibu, walaupun tidak dapat dipastikan namun setidaknya sudah ada langkah awal antisipasi sebelum terjadinya baby blues.
Menurut Dewi, cara yang paling utama untuk mencegah terjadinya baby blues ialah kesiapan. Kesiapan di sini berkaitan dengan pemahaman tentang resiko dan perubahan
“Cara mencegahnya, dari kesiapan benar-besar siap, selain ktu pahami resikonya, apa yang terjadi setelah memiliki anak, serta perubahan apa yang terjadi juga harus ada kesiapan,”ucapnya.
Jadi, bercerita dan komunikasi dengan pasangan terkait kesiapan dan resiko baby blues juga penting. Tentang apa itu baby blues, dampak, penyebab, dan kesiapan apa yang perlu dilakukan. Sehingga, sebelum benar siap memiliki anak bisa mulai memetakan pembagian tugas, mengatur siklus tidur dan pola hidup.
Selain itu, olahraga dan me time perlu dilakukan. Olahraga ringan di rumah seperti yoga bisa membuat mood membaik dan meminimalisir depresi ringan.
Cara Mengatasi Baby Blues
Cara pertama yaitu konsultasi dengan dokter atau tenaga profesional. Sebab, baby blues jika tidak segera diatasi akan bekepanjangan dan dampaknya semakin luas.
Selain itu, bisa melakukan self-help (pertolongan pada diri sendiri) misalkan dengan bercerita ke orang yang bisa dipercaya. Seperti halnya, ketika mempunyai masalah lalu bercerita ke orang lain maka masalah yang dialami akan sedikit teringankan. Selain itu, melakukan aktivitas positif yang memicu hormon bahagia, misalnya olahraga, aktivitas yang digemari, dan sebagainya.
Begitupun dengan baby blues, syndrom ini juga bisa diceritakan ke orang terpercaya, dengan tanda kutip orang yang memungkinkan tidak semakin menambah beban pikiran, misalkan saja pasangan. Sembari bercerita ke orang terpercaya juga sambil melakukan aktivitas yang bisa meningkatkan mood baik itu kembali lagi. Misalkan olahraga ringan, menonton film, atau melakukan hobi lainya
Jadi, sudah siapkah kamu untuk menjadi calon ibu?
Reporter : Sinta Ayudiya
Editor: Darmadi Sasongko