Anita Wahid: Gus Dur Ajarkan Menghormati Orang Lain meski pada Sopir Pribadi

Dwi Lindawati

News

Anita Wahid. (Foto: Tugu Media Group)
Putri ketiga Gus Dur yaitu Anita Wahid saat mengikuti Haul ke-12 Gus Dur secara hybrid pada Selasa (04/01/2022). (Foto: Tugu Media Group)

MALANG, Tugujatim.id – Selain menggelar Haul Gus Dur ke-12 secara hybrid, Tugu Media Group (Tugu Malang ID dan Tugu Jatim ID) juga menghadirkan banyak narasumber di acara yang digelar di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN) Malang, Selasa (04/01/2022). Salah satunya putri ketiga Gus Dur bernama Anita Wahid.

Dalam kegiatan yang mengusung tema “Meneladani Gus Dur dalam Kepemimpinan dan Humanisme” itu, Anita mengatakan, ada ratusan kegiatan Haul Gus Dur tiap tahunnya di berbagai daerah, baik di dalam maupun luar negeri. Dia menilai, hal itu merupakan bentuk penghargaan kepada Gus Dur atas apa yang dilakukan semasa hidup.

“Salah satunya karena semua orang yang pernah berinteraksi dengan beliau merasakan betul bagaimana Gus Dur sangat memanusiakan setiap orang. Tidak peduli strata sosial ekonominya seperti apa, pejabat atau bukan, semua diperlakukan sama yakni sebagai manusia yang berharga,” ucapnya.

Dia juga menilai hal itu adalah sebuah rasa cinta masyarakat terhadap sosok KH Abdurrahman Wahid. Tak hanya sekadar humanisme atau kemanusiaan, tapi juga perjuangan Gus Dur untuk Indonesia.

Anita Wahid. (Foto: Tugu Media Group)
Wali Kota Malang Sutiaji saat memberikan sambutan dalam Haul ke-12 Gus Dur secara hybrid pada Selasa (04/01/2022). (Foto: Tugu Media Group)

“Kami melihat pembelaan Gus Dur paling besar adalah kepada kelompok minoritas, mereka yang dilemahkan atau memang lemah secara struktur maupun sosial,” paparnya.

Anita Wahid mengatakan, untuk menjabarkan rasa kemanusiaan Gus Dur tak bisa hanya dengan waktu beberapa jam saja. Namun, perlu waktu berminggu-minggu untuk bisa membedah betapa banyak cerita kemanusiaan yang sudah dilakukan.

Anita Wahid mengatakan, keistimewaan Gus Dur tak hanya sekadar humanismenya. Namun, Gus Dur itu bisa menggabungkan nilai-nilai luhur untuk memanusiakan manusia.

Usai dia mengumpulkan informasi tentang Gus Dur mulai dari saudara, teman, sahabat, kerabat, hingga murid-murid Gus Dur, ternyata ada sembilan perilaku Gus Dur yang selalu menjadi nilai hidupnya.

“Semasa hidup Gus Dur selalu didasari oleh sembilan nilai itu. Pertama ketauhidan, lalu kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, kebebasan, persaudaraan, kesatriaan, dan kearifan lokal,” jelasnya.

“Kemanusiaan Gus Dur tak hanya menganggap semua manusia setara atau sama, istimewa atau berharga. Tetapi juga diejawentahkan ke nilai-nilai lain. Terutama masalah keadilan, kesetaraan, dan pembebasan,” imbuhnya.

Menurutnya, laku Gus Dur dalam menjaga rasa keadilan dan kesetaraan itu begitu luar biasa besarnya.

Dia membeberkan pernah ditegur Gus Dur ketika menggunakan jasa sopir pribadi untuk belajar kelompok semasa SMA. Padahal hanya sekitar 30 menit saja. Namun saat itu sopir harus mengantarkannya belajar kelompok sekitar pukul 18.00 WIB.

“Saya ditegur sama Gus Dur karena harusnya jam segitu adalah hak sopir untuk istirahat. Tapi saya menggunakan waktu itu untuk mengantar saya,” bebernya.

“Padahal itu hanya sekitar 30 menit, tapi bagi Gus Dur itu hak sopir yang harus kita hormati. Itulah contoh hal sederhana yang diajarkan Gus Dur,” imbuhnya.

Tak hanya itu, ketika butuh apapun dengan Gus Dur, Anita harus turut mengantri bersama orang-orang yang hendak bertemu Gus Dur.

“Di sana saya melihat ada berbagai kalangan berbeda-beda, mulai dari yang pakai batik, jas mentereng, sampai yang hanya sendal jepitan. Tapi mereka diterima satu per satu,” ujarnya.

Baginya, Gus Dur memang selalu mengajarkan untuk memanusiakan manusia siapapun itu.

Anita Wahid. (Foto: Tugu Media Group)
Foto bersama para undangan yang hadir dalam Haul ke-12 Gus Dur secara hybrid pada Selasa (04/01/2022). (Foto: Rubianto)

Dia juga mengatakan bahwa secara materi, Gus Dur sebagai sosok yang pernah menjabat sebagai presiden tak pernah memiliki harta yang berlimpah. Namun hal itu adalah hal biasa di keluarganya untuk hidup secara sederhana.

“Semasa kecil, ibu itu dulu membantu perekonomian keluarga dengan menjual kacang goreng yang dititipkan ke warung-warung kecil,” katanya.

Bahkan ketika Gus Dur mendapat rezeki seusai melakukan ceramah, kata dia, Gus Dur tak pernah menggunakannya untuk keluarga. Gus Dur selalu menyalurkan rezeki itu kepada yang lebih membutuhkan.

“Kalau menerima amplopan itu ya cuma dilipat aja dan dimasukkan ke kantong. Tapi tidak dibuka sama sekali. Nanti saat beliau ke kantor, itukan banyak sekali orang yang mengantri minta bantuan untuk bayar sekolah, dan lainnya,” ucapnya.

“Amplop yang gak pernah dibuka itu diberikan kepada mereka. Gak nyampai ke keluarga. Karena beliau merasa itu memang haknya orang yang membutuhkan. Beliau hanya perantara saja,” imbuhnya.

Menurutnya, hal itu sangat perlu dicontoh untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal itulah yang kemudian dia jadikan teladan dalam komunitas Gusdurian.

Dalam masa kepemimpinan Gus Dur, Anita membeberkan bahwa keluarganya sempat protes kenapa Gus Dur menerima untuk menjadi seorang presiden yang tugasnya begitu besar. Sebab saat itu tekanan begitu besar bahkan hingga Gus Dur lengser. Keluarganya menilai Gus Dur hanya dijadikan martir.

Anita Wahid. (Foto: Rubianto)
Suasana Haul ke-12 Gus Dur secara hybrid pada Selasa (04/01/2022) di UIN Maliki Malang. (Foto: Rubianto)

“Tapi jawabannya bapak itu, kalau bukan bapak siapa lagi. Jadi beliau sejak awal sudah tau betul bahwa posisi itu sangat menantang karena proses transisi orde baru. Walaupun pemimpinnya tak lagi menjabat tetapi kroni-kroninya masih kuat. Mulai di DPR, pemerintahan, hingga berbagai sektor,” ungkapnya.

Namun dengan humanisme Gus Dur, saat ini sudah terjawab bahwa apa yang dilakukan Gus Dur semasa kepemimpinannya adalah hal yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Gus Dur secara humanis memperlakukan masyarakat Papua dengan penuh kasih sayang. Bahkan masyarakat Papua menganggap Gus Dur sebagai Bapak Papua.

Di saat kebebasan dibungkam, Gus Dur justru mengundang semua organisasi di Papua untuk berbicara di Istana Negara. Setiap organisasi di Papua diwajibkan mengirim perwakilannya.

“Mereka dipersilahkan bicara sebebas-bebasnya. Bayangkan saat orde baru itu kebebasan berpendapat dikekang, kemudian tiba-tiba mereka dipersilahkan berbicara di istana,” bebernya.

Berbagai keluhan, permohonan, pemintaan, hingga pertentangan muncul dalam pertemuan itu. Namun Gus Dur hanya mendengar saja. Keinginan Papua merdekapun mencuat.

Namun ketika mereka meminta nama mereka sebagai orang Papua dikembalikan, Gus Dur menerimanya. Bahkan permintaan boleh mengibarkan bendera bintang kejora juga diperbolehkan. Namun dengan catatan bendera itu tak lebih tinggi dari bendera merah putih.

“Jadi keinginan-keinginan memuliakan jati diri itu dikembalikan sama Gus Dur. Dikembalikan kepada saudara-saudara Papua,” jelasnya.

“Kemudia di awal tahun, Gus Dur ke Papua untuk melihat matahari terbit pertama kali di awal tahun dari titik paling timur Indonesia,” imbuhnya.

Namun Gus Dur tak membawa pengawalan ketat. Justru hanya pengawalan minim yang dibawa. Dia mengatakan hal itu sebagai pesan Gus Dur bahwa masyarakat Papua adalah saudara.

“Itu adalah pesan untuk saudara-saudara Papua bahwa ini bukan musuh, tapi saudara yang perlu dipastikan hak-haknya diperoleh, dengan keadilan, kesetaraan dan kesamaan dengan daerah lain,” ucapnya.

Dia menilai, saat ini nilai-nilai yang di ajarkan Gus Dur telah pudar. Banyak masyarakat yang mudah terprovokasi, mudah terbujuk untuk diadu domba hingga menjadi korban hoaks.

“Akibatnya adalah kita jadi masyarakat yang mudah terpolarisasi. Misalnya dalam pemilu, kita mudah terpecah belah. Konteksnya bukan kita dan mereka tetapi kita lawan mereka,” paparnya.

Dia juga melihat saat ini banyak orang yang menjadi bringas di sosial media. Di mana pada dasarnya pelaku sosial media juga merupakan manusia yang sama-sama perlu mendapatkan keadilan, kesetaraan, dan kasih sayang.

“Kita mudah sekali diombang ambing di media sosial. Baik masalah kebijakan publik, sosial, dan lainnya. Kita jadi mudah disetir secara emosi, perilaku, pikiran, hingga tindakan,” paparnya.

“Akibatnya kita tak bisa lagi melihat manusia sebagai manusia. Bahkan kita jadi tidak adil pada orang lain. Kita lupa bahwa kita dan mereka itu sebetulnya setara. Kita adalah manusia bebas yang harusnya dimuliakan sama dengan manusia lain,” imbuhnya.

Menurutnya, nilai-nilai Gus Dur harus kembali digaungkan terutama untuk menyikapi masalah di media sosial. Pertentangan perlu dirangkul agar persaudaraan kembali terjalin.

“Kita perlu mencontoh cara Gus Dur dengan menawarkan kemanusiaan, keadilan, kasih sayang, perhatian, kesetaraan, dan persaudaraan. Mungkin itu yang bisa menjadi jembatan antara kita dengan mereka yang berpikir berbeda,” ungkapnya.

“Sehingga kita pelan-pelan bisa membangun kembali persatuan Indonesia yang mulai kemarin sudah terkoyak oleh polarisasi,” pungkasnya.

Selain Anita, turut menjadi narasumber dalam kegiatan ini Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen; Rektor UIN Malang, Prof Zainuddin MA; Kepala Protokoler era Gus Dur yang juga mantan Pemred Majalah Tempo, Wahyu Muryadi; dan Sekjen API, Gus Din.

Kegiatan ini juga turut dihadiri Wali Kota Malang, Sutiaji; Wakil Bupati Malang, Didik Gatot Subroto, dan sejumlah rektor dan pimpinan perusahaan dari berbagai daerah di Jawa Timur.

Untuk diketahui, Haul Gus Dur kali ini digelar secara hybrid. Namun, peserta offline event ini terbatas. Adapun, event ini turut didukung penuh oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG), OJK Malang, Pertamina, Bank Jatim, Grand Mercure Malang, Climate Change Frontier, dan Malang Strudel.

Popular Post

Mengusahakan Pertolongan Ilahi.

Kisah Hidup Pendiri Wardah Resmi Tayang di YouTube, Ini Sinopsis Film “Mengusahakan Pertolongan Ilahi”

Dwi Linda

SURABAYA, Tugujatim.id – Kisah hidup Nurhayati Subakat, sosok di balik kesuksesan PT Paragon Technology and Innovation, hadir dalam film bertajuk ...

Ansor Kota Malang.

PC GP Ansor Kota Malang Terima CSR Tugu Malang ID dan Times Indonesia, Tingkatkan Kader Melek Digital

Dwi Linda

MALANG, Tugujatim.id – Pengurus Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Malang menerima bantuan dana corporate social responsibility (CSR) dari ...

Khofifah.

Khofifah-Emil Silaturahmi ke Rumah Jokowi usai Retreat di Magelang, Ini Isi Petuahnya!

Dwi Linda

SURABAYA, Tugujatim.id – Gubernur dan Wakil Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak usai mengikuti retreat di Magelang, Jawa Tengah, ...

Pelaku mutilasi wanita asal Blitar.

Update! Pelaku Mutilasi Wanita asal Blitar dalam Koper Merah: Mulai Menyesal, Kerap Menangis saat Ingat Anak

Dwi Linda

SURABAYA, Tugujatim.id – Rohmat Tri Hartanto alias Antok, 33, pelaku pembunuhan dan mutilasi Uswatun Khasanah, 29, seorang sales promotion girl ...

Mudik gratis 2025.

Tak Ada Mudik Gratis 2025, Dishub Kota Malang Fokus Bangun Lahan Parkir di Kayutangan Heritage

Dwi Linda

MALANG, Tugujatim.id – Kabar kurang menggembirakan datang dari Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang. Pihaknya memastikan tidak menyediakan mudik gratis 2025 ...

Tempuran Mojokerto.

Kurang dari Setahun, Tempuran Mojokerto Terendam Banjir Tiga Kali

Dwi Linda

MOJOKERTO, Tugujatim.id – Wilayah Tempuran, Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, kembali terkena banjir luapan pada Jumat (28/02/2025). Banjir luapan di ...