PASURUAN, Tugujatim.id – Dari lima kasus gagal ginjal akut anak di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, tiga di antaranya meninggal dunia. Salah satu korban meninggal akibat gagal ginjal akut adalah Fissilmi Kaffah (11), warga Dusun Jajar Lor, Kecamatan Gondangwetan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Meskipun divonis meninggal akibat gagal ginjal akut, namun Fissilmi awalnya justru dirawat akibat menderita infeksi otak.
Ayah Fissilmi, Hasan Basri (39), mengungkapkan bahwa awalnya Fissilmi kejang-kejang pada Senin, 22 Agustus 2022 lalu. “Sehabis subuh, anak saya tiba-tiba kejang-kejang sampai nggak sadar,” kenangnya, pada Senin (24/10/2022).
Keluarga kemudian membawa bocah kelas lima sekolah dasar itu ke Puskesmas Ranggeh. Pihak puskesmas langsung merujuknya untuk dirawat ke RSUD Dr Soedarsono, Kota Pasuruan.
Ketika dirawat di RSUD Dr Soedarsono, Fissilmi sempat diberi berbagai macam obat-obatan, termasuk di antaranya paracetamol yang dimasukkan melalui infus. “Di sana cuma diberi obat saja, tapi gak sadar-sadar,” imbuhnya.
Namun selama tiga hari menjalani perawatan di RSUD Dr Soedarsono, kondisi kesehatan Fissilmi tidak kunjung membaik. Dia tetap tidak sadarkan diri. Suhu badannyapun terus memanas.
Pihak RSUD Dr Soedarsono kemudian merujuknya ke RSUD Bangil, Kabupaten Pasuruan. Di sana, Fissilmi kembali menjalani proses CT Scan karena curiga ada kelainan otak. Namun, menurut Basri, mulanya pihak dokter menyatakan belum menemukan gangguan di otaknya. “Di Bangil pas di CT scan, ngomongnya tidak ada salah di otaknya,” ungkapnya.
Berselang lima hari, pihak dokter mengeluarkan vonis baru. Fissilmi dinyatakan menderita gagal ginjal akut. Karena RSUD Bangil tidak memiliki alat cuci darah atau hemodialisa khusus anak, Fissilmi dirujuk ke RSUD Dr Soetomo Surabaya, Jawa Timur. “Pas hari kelima itu, RS Bangil bilang kalau anak saya kena gagal ginjal, tiga hari setelahnya dipindah ke Surabaya,” jelasnya.
Sesampainya di RSUD Dr Soetomo Surabaya, Fissilmi langsung menjalani proses cuci darah. Namun, menurut Hasan, seusai menjalani proses cuci darah, kondisi anaknya tetap tidak sadar dan tidak kunjung membaik.
Pihak dokterpun kembali melakukan proses CT scan. Dari hasil CT scan, dokter menyatakan bahwa
Fissilmi mengalami kelainan infeksi otak. “Setelah dicuci darah kok gak sadar-sadar, akhirnya di CT scan lagi di Surabaya, hasilnya ada infeksi otak,” ungkapnya.
Selama 10 hari dirawat RSUD Dr Soetomo, Fissilmi terus menjalani pengobatan dan cuci darah. Namun memasuki hari ke-10, kondisinya semakin memburuk dan meninggal dunia akibat gagal ginjal akut pada Sabtu, 10 September 2022. “Pas 10 September anak saya meninggal, sekitar jam 11 siang. Rabu kemarin baru 40 harinya,” pungkasnya.