Tugujatim.id – Selama satu tahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia, masyarakat pun merasakan pengaruh yang sangat besar. Apalagi dari bidang ekonomi. Sehingga Gerakan Ekonomi CCF yang terbentuk pada awal 2021 ini merespons apa yang terjadi di masyarakat. Yaitu, dengan membantu usaha masyarakat agar kembali bergeliat. Salah satunya melalui program AMED.
Saat pandemi Covid-19, banyak usaha yang terpaksa harus gulung tikar, masyarakat kehilangan pekerjaan, sulit mencari nafkah, dan banyak permasalahan lainnya. Karena itu, CCF hadir untuk masyarakat di tengah pandemi Covid-19.
Sementara itu, Founder CCF Baskoro mengatakan, saat ini Gerakan Ekonomi CCF fokus dalam 2 hal, yaitu membantu UMKM dalam mempromosikan produk dan usaha mereka. Di mana CCF menyediakan sebuah platform digital sebagai media promosi.
“Kegiatan ini pun tidak dipungut biaya apa pun alias gratis lewat UKM Digi CCF,” ujarnya.
Selain itu, Baskoro mengatakan, CCF juga membantu masyarakat agar memiliki sumber penghasilan sendiri lewat “Gerakan 1.000 Usaha Mandiri CCF”. CCF membuat usaha-usaha baru, kemudian diserahkan kepada masyarakat untuk dikelola. Dia mengatakan, usaha ini 100% menjadi milik mereka yang dibantu. Hingga saat ini sudah ada 9 usaha baru yang telah dibentuk. Dan CCF akan terus membuat usaha-usaha baru di tengah pandemi Covid-19.
Kegiatan Sosial CCF melalui Aksi Mitra Ekonomi Desa/AMED
Upaya CCF dalam membantu masyarakat, khususnya dari sisi ekonomi tidak berhenti hanya pada 2 aksi tersebut. Saat ini mereka juga bergerak dan fokus untuk membantu masyarakat yang berada di desa melalui “Aksi Mitra Ekonomi Desa atau AMED”.
“Program ini merupakan upaya memajukan ekonomi masyarakat di pedesaan lewat kemitraan,” ujar Baskoro.
Ada 2 model kemitraan yang CCF bangun, yaitu Mitra Ternak dan Mitra Tani. Aksi ini tidak hanya fokus pada sisi ekonomi atau kemitraan saja, tapi juga dalam sebuah sistem ekonomi terpadu.
AMED sendiri pertama sekaligus merupakan sebuah pilot project yang dipusatkan di Desa Botolinggo, Dusun Kedawung Anten, Kecamatan Botolinggo, Kabupaten Bondowoso. Saat ini program itu sudah mulai berjalan.
Mengapa memilih Desa Botolinggo? Sebab, desa itu menjadi pusat kegiatan sekaligus pilot project AMED karena tata letak desa ini yang jauh dari pusat kota dengan medan yang berat untuk sampai ke sana. Selain itu, keberadaan antara satu rumah dengan yang lain saling berjauhan.
CCF pun bekerja sama dengan salah satu masyarakat yang berada di sana sekaligus sebagai wakil dalam pelaksanaan AMED, yaitu Bapak Suyanto. Dan Bapak Suyanto ini merupakan salah satu penerima usaha dari Gerakan Ekonomi CCF. Tepatnya usaha ke-3, yaitu Rumah Sosis Nayla Barokah, yang sudah berjalan sejak 19 Februari 2021.
Di tahap awal, Gerakan Ekonomi CCF melakukan model kemitraan lewat mitra ternak. Di mana kami menyerahkan beberapa pasang kambing kepada masyarakat untuk dipelihara dengan sistem bagi hasil atas anak kambing tersebut. Di mana hasil dari kemitraan ini nantinya akan disalurkan kembali kepada masyarakat lain yang mengelola. Jadi, merata kesempatannya untuk berusaha dan memiliki sumber penghasilan sendiri.
Gerakan Ekonomi CCF pun telah menyediakan sebuah tempat sebagai basecamp tim AMED sekaligus sebagai tempat diskusi dalam perencanaan dan pengembangan ekonomi di Desa Botolinggo. Mereka akan mencoba menggali potensi-potensi yang bernilai ekonomi yang ada di Desa Botolinggo. Salah satunya adalah keindahan alamnya.
Akses wifi gratis pun akan segera dibuat sebagai media pembelajaran buat anak-anak muda serta membantu kinerja tim AMED ke depannya. Di sisi lain, Gerakan Ekonomi CCF tidak meninggalkan sisi sosial dan keagamaan. Mereka juga akan membuat Rumah Makan Gratis yang akan beroperasi 1x setiap minggu. Jiga tim AMED telah menyiapkan sebuah musala yang nantinya akan digunakan sebagai tempat belajar mengaji untuk masyarakat.
Sementara itu, AMED yang baru berjalan ini akan banyak melakukan persiapan untuk melaksanakan rencana ke depannya. Karena itu, usulan dan masukan dari sahabat-sahabat semua kami perlukan di sini. Besar harapan kami AMED ini mampu menjadi contoh untuk pengembangan ekonomi desa di tempat lain di Indonesia. (*)