MALANG, Tugujatim.id – Ratusan peserta nampak antusias mengikuti serangkaian ajang ‘Bincang Sociopreneur’ (Social Entrepeneur) bertajuk “Peran Sociopreneur dan Inovasi Bisnis dalam Membangkitkan Ekonomi di Era Pandemi” yang digelar secara virtual, pada Senin (15/02/2021).
Acara ini diadakan oleh Tugu Media Group (Tugumalang.id dan Tugujatim.id) bekerja sama dengan PT Paragon Technology and Innovation dan dihadiri narasumber yang berkompeten di bidangnya. Yakni CEO PT Paragon Technology & Innovation Salman Subakat dan Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana. Serta, Nurcholis MA Basyari, Pemimpin Redaksi Tugu Jatim ID selaku moderator.
“Menjadi pebisnis, bukan semata-mata karena kita berpikir bisnis. Tapi berpikir dalam aspek sosial, ekonomi dan lingkungan atau dalam ilmu manajemen itu dikenal dengan ‘triple P‘, people, planet dan profit,” ujar Nurcholis di hadapan 570 peserta via aplikasi Zoom.

Sementara itu, konsep sociopreneur bagi Dr Aqua tak lain, ialah kemampuan seseorang untuk optimis dan berfikir positif.
“Saya menjadi pengusaha karena saya ini pernah mendengar kalau orang Padang itu pandai berdagang. Ternyata tidak terbukti. Arrtinya, kalau kita bicara soal bisnis itu kembali ke individu masing-masing. Ciri-ciri pembisnis apapun bisnisnya itu dia selalu berfikir positif,” sambungnya.
Tak jauh berbeda, CEO PT Paragon Technology & Innovation, Salman Subakat menambahkan jika membangun sebuah bisnis itu layaknya membangun jembatan silaturahmi. Menjaring banyak dukungan sembari membentuk ekosistem.
“Karena kita usaha itu ngga sendiri, kita bangun community dalam perusahaan, saling ngobrol, partnership, kurang tepat kalau hanya untuk golongan kita aja. Diskusi itu kelihatannya gampang tapi aslinya sulit tapi ada kebahagian di situ,” pungkas Salman Subakat. (fen/gg)