MALANG, Tugujatim.id – Teknologi digital semakin hari semakin membuat banyak kemudahan untuk masyarakat. Apalagi di sektor keuangan menjadi salah satu yang ikut merasakan dampak dari percepatan digitalisasi. Salah satunya disampaikan Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso. Dia mengatakan minat pengguna platform digital semakin hari semakin pesat. Karena itu, percepatan digitalisasi menjadi salah satu strategi OJK untuk berkontribusi mempercepat pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19.
“Percepatan digitalisasi adalah salah satu upaya yang kami dorong agar mempunyai ruang besar untuk pemulihan ekonomi. Kami masuk pada perbankan, asuransi, maupun pasar modal untuk mendorong penggunaan platform dalam pemasaran produk,” katanya dalam Kuliah Umum bertajuk Akselerasi Digitalisasi Sektor Jasa Keuangan untuk Mendukung Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru secara hybrid dari Universitas Brawijaya (UB) pada Senin (14/93 /2022).
OJK pun berupaya mendorong percepatan digitalisasi pada sektor jasa keuangan itu. Pertama dengan meningkatkan kolaborasi antara lembaga jasa keuangan dengan start up dalam sebuah wadah infity. Kedua yaitu mengimolemenyasi kebijakan akomodatif dan antisipatif melalui penerapan prinsip “Light Touch and Safe Harbor”. Ketiga meningkatkan akses keuangan serta memperkuat perlindungan konsumen di era digital.
“Prinsipnya, OJK mendorong inovasi digital. Jadi sejak 2017, OJK sudah membuka namanya Fintech Center, sebuah grup kajian keuangan digital yang kami bentuk. Jika ada milenial yang mau coba belajar, silakan masuk, ada yang namanya Regulatory Sandbox,” jelasnya.
Untuk diketahui, regulatory sandbox adalah sistem mekanisme pengujian yang dilakukan oleh OJK untuk menilai keandalan proses bisnis, model bisnis, instrumen keuangan, dan tata kelola penyelenggara.
“Nanti akan diayak, kemudian mana yang sudah mengerti dan mau berjalan, akan kami arahkan. Misal kalau kaitannya izin dengan Bank Indonesia itu namanya e-wallet atau e-payment. Kalau kaitannya izin komoditi dengan Bappebti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi). Kalau kaitannya dengan landing P2P (Peer-to-Peer) ya OJK, kalau Crowdfunding juga nanti ke OJK di bawah pasar modal,” bebernya.
Pihaknya menargetkan literasi masyarakat terhadap pasar modal mencapai 90 persen. Ini perlu digenjot karena adanya gap antara banyaknya produk baru yang beredar dengan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terkait beragam produk tersebut.
“Untuk itu, kami di OJK secara masif akan memberikan edukasi literasi kepada masyarakat. Kami punya komitmen bahwa literasi masyarakat terhadap akses keuangan mencapai 90 persen,” sambungnya.
Dia juga berpesan agar masyarakat lebih berhati-hati dan lebih teliti untuk membedakan mana produk ilegal ataupun legal yang tengah marak. Seperti pinjol (pinjaman online), kripto, bahkan metaverse yang tengah ramai diperbincangkan.
Wimbo menambahkan, metaverse merupakan channel layanan internasional di bawah koordinasi finansial stability board.
“Metaverse ini seperti apa, masih gelap gulita. Memang marketingnya luar biasa, ini menjadi tantangan kami ke depannya. Terutama bagi OJK, supaya perlindungan pada masyarakat menjadi nomor satu,” tegasnya.
Dalam giat tersebut, Wimbo berharap perguruan tinggi dapat turut ambil peran, utamanya dalam hal menguatkan edukasi dan literasi terkait sektor jasa keuangan. Hal ini turut diwujudkan melalui penandatanganan nota kesepahaman antara UB dengan OJK tentang tri dharma perguruan tinggi, pengembangan sektor jasa keuangan, peningkatan edukasi keuangan, serta perlindungan konsumen dan masyarakat di sektor jasa keuangan. (ads)
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim