JEMBER, Tugujatim.id – Body Shaming atau celaan fisik, merupakan perbuatan mempermalukan seseorang dengan mengaitkannya dengan bentuk fisik, seperti ukuran yang berlebihan, hingga berbagai cela yang dapat digunakan sebagai bahan ejekan lainnya.
Meskipun, Body Shaming merupakan bagian dari salah satu bentuk kritik terhadap seseorang maupun diri sendiri atas ketidak sempurnaan yang sifatnya subjektif, perilaku tersebut tidak jarang berdampak negatif pada seseorang yang mengalaminya.
Body Shaming terhadap diri sendiri karena terdapat cela di dalam dirinya, seperti bentuk badan yang kurang ideal maupun penampilan yang kurang sempurna di bagian tubuh lainnya, akan berakibat pada penilaian buruk terhadap dirinya sendiri.
Selain itu, perkembangan dunia digital yang pesat saat ini, tindakan Body Shaming tidak hanya dilakukan secara langsung, baik kepada orang lain maupun diri sendiri, melainkan juga terjadi melalui sosial media dan platform online lainnya. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak hingga orang tua juga berpeluang melakukan tindakan tersebut.
Setidaknya, dilansir Tugujatim.id dari helpguide.org, terdapat dampak yang signifikan dari tindakan Body Shaming yang dilakukan oleh orang lain maupun kepada diri sendiri. Berikut dampak Body Shaming terhadap kesehatan mental dan fisik.
Dampak Body Shaming
Perilaku Body Shaming bisa berdampak pada kesehatan secara fisik hingga mental. Lebih lanjut, berikut penjelasan dari masing-masing dampak yang disebabkan perilaku Body Shaming.
1. Gangguan Diet
Mendapatkan label atas penampilan yang kurang sempurna atau memberikan label kepada diri sendiri, merupakan bentuk dari tindakan Body Shaming. Biasanya, orang yang menerima Body Shaming akan mengambil tindakkan, serta segala upaya dilakukan untuk menciptakan standar kecantikan versi orang lain atau versinya sendiri, dengan cara diet ketat, hingga penggunaan obat-obatan terlarang.
Upaya yang berlebihan tanpa adanya bimbingan dari seorang ahli yang profesional, dapat berdampak pada kesehatan dan perilaku yang berbahaya lainnya. Apalagi, upaya untuk mendapatkan bentuk badan yang ideal dilakukan dengan cara, seperti menunda makan, olahraga berlebihan, memuntahkan makanan setelah makan, hingga menggunakan obat pencahar berlebihan.
2. Dimorfik Tubuh Terganggu
Gangguan dimorfik tubuh atau dalam dunia psikologi dikenal dengan Body Dysmorphic Disorder, merupakan salah satu gangguan mental, yang membuat penderitanya menilai beberapa bagian di tubuhnya memiliki kekurangan. Sehingga, penderita akan mengalami rasa malu dan mengganggu dalam kehidupan sehari-hari. Untuk jangka panjang, penderita akan dipenuhi dengan rasa khawatir, penuh rasa bersalah, dan cenderung menyembunyikan bagian tubuh yang tidak disukai.
4. Olahraga secara Berlebihan
Melakukan olahraga yang benar dan dilakukan secara teratur, dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan. Menjadi sebaliknya, jika olahraga dilakukan secara terus menerus tanpa kontrol, berakibat pada sindrom Relative Energy Deficiency in Sport, yang terjadi akibat asupan kalori tidak mencukupi jumlah energi yang dikeluarkan. Oleh karena itu, penting melakukan olahraga sesuai dengan tata cara yang dianjurkan oleh tenaga profesional.
5. Masalah Kesehatan
Biasanya, orang yang mendapatkan tindakan Body Shaming karena bentuk badan yang gemuk atau obesitas, diasosiasikan dengan pemalas, tidak menarik, hingga tidak adanya kemauan untuk menurunkan berat badannya. Pelabelan tersebut dapat memicu rasa cemas, stres, dan depresi, yang berdampak pada penurunan aktivitas secara fisik.
Mengatasi Body Shaming
Cara mengatasi Body Shaming yaitu dapat dilakukan dengan berpikir positif secara berkelanjutan, khususnya dalam penerimaan kondisi yang dialami diri sendiri dan orang lain. Kita tidak bisa mengendalikan apa yang orang lain lakukan dan katakan, tetapi kita bisa mengubah pemikiran kita sendiri, dengan cara mengembagkan dan memupuk rasa cinta kepada diri sendiri dan tidak tertarik dengan pembicaraan orang lain yang negatif terhadap kita.
Reporter: Diki Febrianto
Editor: Darmadi Sasongko