Oleh: Keukeu Apriyanti Latifah*
Tugujatim.id – Film Cinderella 2021 release pada 3 September 2021 lalu. Film berdurasi 1 jam 53 menit ini merupakan karya yang ditulis dan disutradarai langsung oleh Kay Cannon.
Dibintangi oleh Camila Cabello, Nicholas Galitzine, Billy Porter, Idina Menzel dan beberapa bintang papan atas yang lainnya. Film ini berhasil mengangkat kembali dongeng lama yang dikemas dengan sangat menarik dan sesuai dengan perkembangan zaman terlebih mengenai kesetaraan gender hari ini.
Kisah Cinderella dimulai dengan nyanyian “Million to One” yang memacu ambisinya untuk dapat menjadi seorang wanita karir, yakni pebisnis dan designer baju. Namun pada masa itu, Cinderella diprotes dan dicaci oleh orang sekitarnya (baik wanita maupun pria) lantaran dia mencoba menjual hasil desain bajunya di tengah keramaian pedagang pria.
Penggambaran tersebut menunjukkan bahwa di lingkungan Cinderella tidak ada yang mengizinkan seorang wanita menjadi seseorang yang memiliki financial independen, seorang wanita dituntut hanya untuk menuruti apa kata pria. Menjalankan kehidupan dengan penuh rasa tunduk terhadap pria dan bergantung mengikuti kehidupan finansial seorang pria atau suami.
Hal tersebut tentu membuat ibu tiri Cinderella berpikir bahwa gadis-gadisnya harus menikah dengan pria kaya atau keturunan bangsawan agar kehidupannya dapat lebih sejahtera. Sedangkan Cinderella sebagai wanita yang memiliki mimpi besar untuk menjadi wanita karir merasa resah mimpinya tidak dapat terwujud.
Cinderella pun bernyanyi dengan lirih di kamarnya All I need is a chance, wanna know what I could be. Lirik nyanyian itu menggambarkan Cinderella yang mengharapkan adanya kesempatan atau keterbukaan akses untuk bisa mewujudkan mimpinya sebagai wanita karir.
Beralih dari rumah Cinderella, terdapat kehidupan kerajaan yang di dalamnya dihuni oleh Raja Rowan, Ratu Beatrice, dan kedua anaknya Pangeran Robert dan Puteri Gwen. Diceritakan Ratu Beatrice ini harus selalu tunduk pada Raja Rowan dan sebagai seorang istri Ratu Beatrice merasakan ketidaknyamanan lantaran sistem kehidupan dan komunikasinya berjalan seperti teori Top-Down.
Apa yang dikatakan Ratu Beatrice tidak didengar oleh Raja Rowan dan tidak ada interaksi dua arah layaknya pasangan yang harmonis. Hal ini mengakibatkan konflik percekcokan di dalam istana. Selain itu, Raja Rowan selalu memaksa agar Pangeran Robert sebagai putra satu-satunya segera menikah agar dapat menggantikan tahtanya sebagai seorang raja.
Padahal di sisi lain, Puteri Gwen memiliki kecerdasan kepemimpinan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan Pangeran Rowan. Puteri Gwen juga selalu memikirkan rakyat dan mencoba membuat kebijakan-kebijakan untuk keberlangsungan kehidupan wilayahnya. Namun lagi lagi, karena Puteri Gwen adalah seorang wanita, maka Raja Rowan tidak melirik Puterinya untuk dapat menjadi seorang Ratu dan tetap memaksakan Pangeran agar segera menikah.
Pangeran tidak mengetahui harus menikahi wanita mana karena ia merasa wanita-wanita yang ada di sekitarnya selalu mengincar harta kekayaannya. Sampai pada akhirnya Pangeran bertemu dengan Cinderella dan menyatakan cintanya.
Namun cinta itu ditolak mentah-mentah oleh Cinderella ketika mengetahui dirinya akan menjadi Ratu yang harus tunduk terhadap pria, tidak memiliki kebebasan berpendapat, dan tidak memiliki hak untuk didengar. Cinderella berpikir itu akan sama saja dengan kehidupannya saat ini.
Pangeran sedih dan tidak tahu harus berbuat apa, kehidupan istana tidak begitu baik sampai akhirnya Ratu Beatrice marah dan mengeluarkan semua unek-uneknya kepada sang raja. Sang raja pun sadar bahwa apa yang selama ini ia perbuat tidak berbasis kesetaraan gender, maka dari itu raja membolehkan Puteri Gwen menjadi seorang ratu dan Pangeran Robert menikahi Cinderella dengan memberikan kebijakan bahwa wanita boleh berkarir.
*Penulis adalah member Pondok Inspirasi.