MALANG – Aksi demo rusuh penolakan UU Cipta Kerja atau Omnibus Law di Kota Malang berujung pengrusakan, Kamis (8/10) kemarin. Buntut dari kerusuhan ini, polisi menangkap sejumlah demonstran yang diduga terlibat pengrusakan maupun provokasi.
Total demonstran yang ditangkap kini bertambah. Dari sebelumnya 80 orang, kini menjadi 129 demonstran yang mendekam di Mako Polresta Malang Kota untuk menjalani proses penyelidikan.
Kapolresta Malang Kota Kombes Pol Leonardus Simarmata mengatakan, ratusan demonstran ini masih akan ditahan selama 1×24 jam untuk dilakukan pendalaman atas keterlibatan mereka dalam aksi unjuk rasa (unras) itu.
”Pendalaman akan dilakukan untuk menentukan status peran mereka dalam aksi unras,” ungkapnya dalam konferensi pers di Aula Sanika Satyawada, Jumat (9/10).

Baca Juga: 14 Juta Ton Sampah Plastik Mengendap di Dasar Lautan, Studi Membuktikan
Apabila nanti diketahui ada keterlibatan aktif dalam aksi provokasi, lanjut Leo, maka yang bersangkutan akan diproses hukum. ”Kalau tidak, maka akan kita proses rekomendasi untuk dipulangkan,” imbuhnya.
Dari 129 demonstran yang ditangkap ini, terang Leo terdiri dari elemen pelajar, mahasiswa, buruh, suporter hingga pengangguran. Di antaranya ada 59 orang mahasiswa, 14 pelajar SMA, 15 pelajar SMK, 2 pelajar SMP dan 1 orang buruh.
Sementara, 15 orang pengangguran, 1 orang satpam dan 5 orang kuli bangunan yang diamankan dari demo rusuh tersebut.
”124 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Rata-rata semua dari Kota Malang. Juga ada dari luar kota seperti Jombang, Banyuwangi hingga Pasuruan,” rincinya.
Pihak Kepolisian Lakukan Rapid Test Pada Para Demonstran Demo Rusuh, Kamis (8/10)
Selain itu, mantan Waka Polrestabes Surabaya ini juga telah melakukan rapid test terhadap para demonstran yang ditangkap ini. Hasilnya, ada 20 orang diketahui reaktif.
”Namun kita sudah lakukan penanganan hingga pemberian nutrisi gizi cukup. Selanjutnya, nanti kita akan tindak lanjut dengan tes usap (swab),” tegasnya.
Seperti diketahui, kepolisian pada saat kejadian memutuskan melakukan tindak protektif untuk mengamankan keadaan, memukul mundur massa dengan melontarkan gas air mata.
Hal ini mengingat dalam aksi itu massa berbuat ricuh dengan merusak fasilitas pemerintah, fasilitas umum, mobil dinas dan mobil kepolisian. Gedung DPRD Malang porak poranda dilempari massa dengan batu, petasan hingga flare.
Baca Juga: WHO: 10 Persen Penduduk Dunia Telah Terinfeksi Virus Corona
”Mobil patwal Satpol PP dibakar, 3 mobil dinas Pemkot, 1 unit minibus Polres Batu dirusak, 1 truk dari Polres Blitar juga dirusak hingga 4 sepeda motor dinas kepolisian dibakar massa,” terangnya.
“Tadi ada mobil Satpol PP yang dibakar, bus Polres Batu dirusak. Kemudian truk dari Polres Blitar juga rusak dilempari massa. Bahkan, kendaraan motor dari Polresta juga ada dibakar,” terangnya.
Beruntung, gelombang kerusuhan pada demo rusuh tersebut mereda sekitar pukul 15.00 WIB. Massa berhasil dijinakkan dan dipukul mundur dari segala arah.
Massa mulai berangsur membubarkan diri sekitar pukul 16.30 WIB. “Sekitar pukul 17.15, semua aksi unras sudah selesai dan aman. Tidak ada aksi lanjutan,” tambahnya.
Lebih lanjut, ditanya terkait jumlah korban dari demo rusuh ini kata Leo masih belum bisa dijawab. Baik dari pihak kepolisian maupun massa kata dia masih dalam tahap pengumpulan. ”Sampai saat ini, masih kami kumpulkan datanya,” pungkasnya. (azm/gg)