Canberra, Australia – Diperkirakan sebanyak 14 juta ton sampah plastik berukuran kurang dari 5mm mengendap di dasar lautan di seluruh dunia. Hal tersebut ditaksir berdasar hasil studi penelitian dari badan riset pemerintah Australia, CSIRO (The Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation).
Dalam analisis temuan tersebut, diambil kesimpulan bahwa pada kedalaman 3 km, diperkirakan jumlah sampah plastik 30 kali lebih banyak jika dibandingkan di permukaan laut. Dan plastik tersebut berukuran kecil kurang dari 5 mm atau biasa disebut mikroplastik.
Sampel Penelitian Diambil di Kedalaman serta Laut Terpencil yang Diperkirakan Hanya Memiliki Sedikit Limbah Plastik
Hasil studi terkait sampah plastik itu merupakan studi dari sampel endapan yang diambil di 6 titik yang berbeda. Yakni berlokasi di sekitar 300 km lepas pantai selatan benua Australia dekat Teluk Australia Besar (Great Australian Bight).
Total sebanyak 51 sampel diambil setelah memisahkan dengan berat air. Setelah itu ditemukan bahwa dalam setiap gram sedimentasi, terdapat rata-rata 1,26 pecahan mikroplastik. Hal itu dipblusikan dalam artikel ilmiah di jurnal Frontiers in Marine Science.
Peneliti Kepala di CSIRO, Dr Denise Hardesty yang sekaligus salah satu penulis artikel ilmiah tersebut bahwa limbah mirkoplastik itu ditemukan di kedalaman laut. Serta berada di tempat terpencil dan lautan yang begitu dalam yang diperkirakan sedikit sampah plastik.
“Artinya di seluruh perairan. Hal ini membuat kami terhenyak untuk memikirkan tentang dunia tempat kita tinggal. Serta dampak kebiasaan mengonsumsi kita yang berdampak pada tempat yang dianggap paling tak terjamah sekalipun,” ujar Hardesty seperti dilansir The Guardian, Senin (5/10/2020).
Karenanya ia berpesan bahwa tidak seharusnya sampah-sampah plastik itu berakhir di lautan dan menjadi limbah yang merusak lingkungan.
“Kita perlu memastikan bahwa lautan biru yang luas ini menjadi ladang pembuangan sampah. Bukti-bukti ini menjelaskan bahwa kita perlu menghentikan hal ini (mengotori lautan, red),” imbuhnya.
Untuk diketahui, penelitian terkait sampah plastik di luat yang dilakukan oleh CSIRO tersebut telah dimulai sejak 2017 silam. Mereka mulai mengebor dan mengambil contoh pada Maret-April tahun 2017 pada jarak 288 km dan 349 km dari bibir pantai selatan Australia. Mereka mengambil contoh-contoh itu dari kedalaman 1.655 meter hingga 3.016 meter.
Hanya saja, dari sampel yang diambil itu pihaknya tidak mengetahui dari masa atau tahun berapa saja plastik itu mengendap. Namun, mereka untuk sementara menyimpulkan bahwa sampah-sampah plastik di laut tersebut merupakan pecahan dari limbah konsumen atau rumah tangga.
Jumlah Sampah Plastik di Dasar Laut 34-57 Kali Lebih Banyak Dibanding yang Mengapung di Laut
Hasil studi sebelumnya, bahwa diperkirakan tahun 2016 terdapat antara 19 juta-23 juta ton plastik ditemukan di sungai maupun laut. Sedangkan di artikel jurnal ilmiah sebelumnya juga memperkirakan sebanyak 250 ribu ton plastik mengapung di lautan.
Dan pada penelitian terakhir ini, pihaknya memperkirakan bahwa jumlah sampah mikroplastik di dasar lautan yakni antara 34-57 kali lebih banyak dibandingkan apa yang ada di permukaan laut.
Meski demikian, Hardesty megakui bahwa perkiraan tersebut mungkin bukanlah jumlah pasti yang sempurna.
“Namun ini berguna untuk memberikan gambaran terkait seberapa besar skala yang kita bicarakan saat ini,” bebernya.
Namun, hal tersebut kemungkinan masih bisa lebih besar. Sebab, ia menjelaskan bahwa jumlah endapan sampah plastik yang mereka temukan di dasar lautan itu jumlahnya sedikit. Yang mana sampah yang diproduksi dunia jumlahnya lebih besar daripada yang mengendap. Padahal, sampah-sampah tersebut pada akhirnya akan berakhir di lautan.
Dia yakin bahwa ada kemungkinan sampah-sampah itu berakhir di pesisir-pesiri pantai karena terbawa arus laut.
“Mungkin lebih banyak yang terjebak di darat daripada di laut,” pungkasnya. (gg)