PROBOLINGGO, Tugujatim.id – Ubur-ubur di Probolinggo menjadi tontonan unik bagi masyarakat di tepian Dermaga Pantai Mayangan, Probolinggo, Jatim, Rabu sore (10/05/2023). Tidak hanya mengamati dari bibir dermaga, puluhan orang pun mandi dan berenang di dekat lokasi ubur-ubur tersebut.
Kemunculan ubur-ubur sejak akhir April 2023 ini pun menjadi daya tarik sendiri bagi pengunjung Pantai Mayangan. Pantai ini juga telah lama dijadikan tempat “kum-kum” oleh masyarakat sekitar karena airnya dipercaya punya khasiat untuk kesehatan.
Bila dilihat sekilas dari kejauhan, gerombolan biota laut di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan ini nampak seperti kertas yang mengapung di lautan. Bentuknya yang unik layaknya jelly membuat ubur-ubur bisa dengan mudah dibedakan dengan biota laut lainnya.
Tidak hanya di Probolinggo, hewan ini juga tampak muncul di beberapa daerah di Indonesia seperti pantai di Gunung Kidul, Cilacap, hingga Pantai Ancol. Selain di pesisir Pulau Jawa, ubur-ubur juga muncul di perairan Sumatera seperti di Jambi dan pesisir Kalimantan.
Sejarah Munculnya Ubur-Ubur di Probolinggo
Kemunculan ubur-ubur di dermaga ini ternyata bukan kali pertama teramati. Dari banyak arsip, catatan Anna Manuputty yang juga peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, menjawab sejak kapan data munculnya ubur-ubur telah tercatat dan teramati.
Ubur-ubur di Probolinggo ternyata sudah diketahui muncul ada sekitar 1973. Catatan Anna juga diperkuat data Dinas Perikanan Daerah Probolinggo kala itu dengan menyebutkan munculnya ubur-ubur pada 1973, 1981, hingga 1986 pada April, Mei, dan Juni.
Baca Juga: Ribuan Kawanan Ubur-Ubur “Serbu” Wisata Hutan Mangrove Penunggul Pasuruan
Namun dalam paparan itu, menyebut jika waktu kemunculan ubur-ubur memang tidak menentu hingga menyebutnya sebagai “blooming”. Dalam data tersebut juga menyebut jika pada 1983, dinas perikanan berhasil memproduksi tangkapan ubur-ubur sebanyak 11 ribu ton.
Tangkapan pada 1984 dan 1985 pun meningkat yakni sebesar 70 ribu dan 40 ribu ton. Bahkan, saat musim “blooming” atau musim munculnya ubur-ubur dalam jumlah besar, hasil tangkapan ubur-ubur bisa mencapai 100 ton per hari.
Hasil tangkapan pada era 1980-an itu pun dijual dengan harga Rp15 per kg dalam kondisi basah. Setelah diolah menjadi bentuk kering, maka akan diperoleh 4% dari berat basah tangkapan.
Asal Usul Munculnya Ubur-Ubur
Lalu apa penyebab munculnya ubur-ubur dalam jumlah besar di bulan tertentu setiap tahunnya? Ada beberapa hal yang diduga menjadi alasan hewan laut ini muncul dalam jumlah besar setiap tahun.
Dalam paparan Mochamad Ramdhan Firdaus yang juga serorang peneliti LIPI, dalam sebuah webinar, hewan ini muncul saat angin muson barat akan berakhir. Angin muson barat berembus sejak Oktober hingga April.
Selain faktor angin, hewan yang dikenal sebagai organisme plantonik ini juga dipengaruhi oleh faktor perubahan unsur hara dalam perairan. Jumlah ubur-ubur juga akan meningkat seiring dengan jumlah fitoplankton yang juga meningkat.
Lewat laman resmi Pemkab Probolinggo, Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Heri Pur Sulistiono sempat menanggapi fenomena ini setahun silam.
“Sebenarnya ubur-ubur ini ada di tengah laut, tetapi karena terkena gelombang akhirnya terbawa di pinggir. Keberadaannya tergantung kondisi perairan,” terangnya dalam laman tersebut.
Menurut Hari, ubur-ubur di Probolinggo muncul karena kesuburan perairan di sepanjang pesisir yang termasuk bagus. Selain memang terdapat faktor cuaca dan ketersediaan makanan ubur-ubur.
Dia juga menyebut jika pada tahun-tahun sebelumnya, kemunculan ubur-ubur sudah mulai sejak Oktober hingga November walau dalam jumlah yang tidak begitu banyak.
Alasan Mengapa Ubur-Ubur Dianggap Hama?
Ubur-ubur dianggap hama karena memakan larva ikan di lautan. Dalam penelitian Purcel pada 1984, seekor ubur-ubur bisa memangsa 120 ekor larva ikan dalam sehari. Inilah alasan mengapa muncul anggapan masyarakat bahwa ubur-ubur menjadi penyebab berkurangnya tangkapan ikan.
Selain memangsa larva ikan, kemunculan ubur-ubur di pesisir juga mengakibatkan PLTU Paiton Probolinggo berhenti beroperasi karena menyumbat saluran air bawah laut untuk pendingin mesin.
Secara global, ledakan populasi ubur-ubur menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa dekade ini. Dari total 138 jenis ubur-ubur yang dianalisis, 62% di antaranya menunjukkan peningkatan atau ledakan populasi.
Ubur-Ubur di Probolinggo, Komoditas Perikanan yang Punya Potensi Cuan
Di balik cerita tentang dampak populasi ubur-ubur yang meningkat dan sejarah munculnya ubur-ubur di Probolinggo, ternyata ubur-ubur punya potensi cuan. Olahan ubur-ubur dalam bentuk kering ternyata menjadi salah satu komoditas ekspor yang diminati konsumen mancanegara.
Beberapa negara yang pernah menjadi tujuan ekspor ubur-ubur adalah China, Hongkong, Taiwan, Jepang, dan Malaysia. Selain ubur-ubur di Probolinggo, produsen ubur-ubur juga berasal dari kawasan pesisir lainnya seperti Cilacap, Jambi, dan Kalimantan Barat.