Tugujatim.id – Dukungan dan apresiasi diberikan oleh DPRD Kota Surabaya terhadap usaha Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam memperkuat nilai toleransi antar umat beragama di kota tersebut, di mana pemeluk agama saling menghargai.
AH Thony, Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, menyatakan bahwa langkah yang diambil oleh Pemkot Surabaya dalam menyediakan ruang khusus untuk setiap perayaan hari raya keagamaan menandakan bahwa Surabaya telah menjadi kota yang paling toleran bagi umat beragama di Jawa Timur.
“Saya merasa pemkot sudah menghadirkan kesetaraan bagi setiap pemeluk agama dengan menggelar perayaan-perayaan, itu menunjukkan kesadaran toleransi yang tinggi,” kata AH Thony, Selasa (2/4/2024) sebagaimana dilansir dari Surabaya.tribunnews.com.
Menurut Tony, banyak fakta di lapangan yang menunjukkan kerukunan umat terjalin dengan baik. Misalnya saja umat Muslim yang dapat melaksanakan ibadah puasa hingga lebaran dengan penuh khidmat.
Umat non-Muslim pun dapat merasa nyaman menjalankan ibadah mereka. Termasuk bagaimana Balai Kota Surabaya mencatat sejarah dengan menjadi lokasi untuk prosesi pengarakkan ogoh-ogoh menjelang Hari Raya Nyepi.
Ia juga menyebut jika langkah Pemkot Surabaya bersinergi dengan berbagai pihak untuk merespons isu toleransi merupakan hal positif. Kini, pembangunan rumah ibadah tidak menimbulkan kontroversi di antara penduduk, semua dapat menerima dan menjalani kehidupan dengan damai serta harmonis.
“Bahkan sekarang sudah ada kemudahan, tidak seperti yang dulu. Ini menunjukkan bahwa pemkot memberi kesempatan yang sama dalam membangun tempat ibadah,” katanya.
Kembangkan Kerukuan dengan Simbol Rumah Ibadah Berdampingan
Keharmonisan di Kota Surabaya tidak hanya terjalin antar umat beragama, tetapi juga antar etnis dan kelompok masyarakat dari berbagai suku yang hidup berdampingan dengan harmonis.
Saat ini, konsep kampung berbasis etnis terus dikembangkan di mana mereka hidup dengan kekompakan dan keserasian. Meskipun memiliki perbedaan etnis dan kepercayaan, warga setempat tetap hidup berdampingan dengan saling menghormati.
Pemerintah Kota Surabaya terus berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengatasi kekhawatiran masyarakat terhadap isu toleransi. Pendirian rumah ibadah tidak lagi menjadi sumber kontroversi di antara warga, semuanya mampu menerima dan hidup rukun bersama.
“Bahkan sekarang sudah ada kemudahan, tidak seperti yang dulu. Ini menunjukkan bahwa pemkot memberi kesempatan yang sama dalam membangun tempat ibadah,” katanya.
Dalam rangka menjaga kerukunan di tengah keragaman sosial, Pemkot Surabaya telah membangun Kampung Pecinan Kembang Jepun dan Kampung Ampel di Surabaya Utara. Di wilayah tersebut, warga dengan latar belakang etnis Jawa, Madura, Tionghoa, dan Arab berbaur dan hidup bersama dalam suasana yang penuh dengan persaudaraan.
DPRD Surabaya Dukung Kerukunan Antar Etnis dan Agama
Keharmonisan di Kota Surabaya tidak hanya terjadi antar umat beragama, tetapi juga antar etnis dan berbagai kelompok masyarakat dari beragam suku. Misalnya saja dengan adanya pembangunan Kampung Pecinan Kembang Jepun dan Ampel di Surabaya Utara.
Di wilayah tersebut, semua lapisan masyarakat dengan latar belakang etnis Jawa, Madura, Tionghoa, dan Arab hidup berdampingan dan menghormati satu sama lain.
Bahkan, di daerah tersebut, berdiri beberapa rumah ibadah yang terletak tidak lebih dari 1 kilometer jaraknya. Rumah ibadah tersebut mencakup klenteng, gereja, masjid, dan wihara.
Contoh konkret lainnya juga terlihat dengan adanya enam tempat ibadah dari enam agama yang berbeda dan saling berdampingan di Royal Residence Wiyung.
Keenam tempat ibadah tersebut mencakup Masjid Muhajirin untuk umat Islam, Vihara Buddhayana untuk umat Buddha, Kapel Santo Yustinus untuk umat Katolik, Klenteng Ba De Miao untuk umat Konghucu, Pura Sakti Raden Wijaya untuk umat Hindu, dan GKI Wiyung Royal Residence untuk umat Kristen.
Menurut AH Tony, kerukunan antar etnis dan agama tak lepas dari peran semua pihak. Termasuk bagaimana Upaya Pemkot Surabaya mengajak seluruh masyarakat untuk terus mengumandangkan bahwa Surabaya sebagai kota yang terbuka bagi seluruh golongan dan agama.
“Capaian ini saya rasa tidak sekadar kerja keras dari pemkot, tetapi juga Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang sudah bekerja keras,” kata AH Thony.
Pria berlatar akademisi ini optimistis, penghargaan yang diberikan pemerintah kepada setiap pemeluk agama bisa menjadi investasi bagi Kota Surabaya. Karena itu, aktivitas tersebut dipercaya memiliki efek yang berkelanjutan, baik dalam hal sosial, budaya, maupun ekonomi masyarakat.
“Artinya, sebagai pemerintah wajib mengayomi seluruh warganya. Menjamin kehidupan beragama berjalan rukun dan damai,” kata pria asli Bojonegoro ini
Politisi Partai Gerindra ini berharap, perayaan peringatan hari raya keagamaan bisa konsisten digelar oleh Pemkot Surabaya. Ia berharap dengan kegiatan yang sinergis dengan cita-cita kerukunan maka akan melahirkan kota yang stabil dengan masyarakat madani.
“Ini perlu diteruskan dan dievaluasi, sehingga bisa lebih baik lagi untuk tahun-tahun selanjutnya,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Editor: Imam A. Hanifah