Mojokerto, Tugujatim.id – Dropping air bersih untuk tiga desa yang dilanda kekeringan di Mojokerto beralih menggunakan dana corporate social responsibility (CSR). Sebab, dana sebelumnya untuk pengadaan air bersih untuk Kunjorowesi, Manduro Manggung Gajah, dan Duyung, sudah habis.
Bantuan air bersih dari Pemkab Mojokerto untuk tiga desa tersebut berakhir pada Rabu (25/10/2022). Maka tidak ada pilihan lain selain menggunakan dana CSR untuk menjamin ketersediaan air bersih bagi ribuan warga yang membutuhkan.
“Kami kira 33 tangki bisa cukup untuk tiga desa yang dilanda kekeringan. Bila dirasa kurang, desa bisa mengajukan permohonan lagi ke pemkab,” beber Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Mojokerto Abdul Khakim, Sabtu (28/10/2023).
Dia juga mengatakan, status tanggap darurat bencana kekeringan dan karhutla kini telah diperpanjang Pemkab Mojokerto. Perpanjangan ini mendapat konfirmasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto.
“Sudah kami terima suratnya, sudah mendapat persetujuan bahwa diperpanjang statusnya hingga Desember 2023,” kata Khakim.
Sementara melalui prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan musim kemarau diprediksi mulai berakhir pada akhir Oktober 2023. Prakiraan ini juga menjadi salah satu pertimbangan dropping air bersih dibatasi hingga akhir Oktober 2023.
“Pertimbangan kami dari prakiraan BMKG. Selain itu, juga SK Bupati sebelumnya tentang tanggap darurat sebelum diperpanjang,” terang Khakim.
Dengan demikian, meski status tanggap darurat diperpanjang, ada kemungkinan beberapa adendum dicabut. Hal tersebut memperhatikan beberapa kemungkinan yang terjadi di lapangan.
“Seperti misalnya hujan mulai deras, lalu debit air sudah mencukupi wilayah-wilayah yang kekeringan. Maka beberapa adendumnya bisa dicabut karena keadaan sudah kondusif,” ujar Khakim.
Writer: Hanif Nanda Zakaria
Editor: Dwi Lindawati