SURABAYA, Tugujatim.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, fenomena El Nino diprakirakan terjadi hingga akhir tahun 2023.
Sebagaimana yang diketahui, El Nino merupakan suatu fenomena di mana kondisi permukaan air laut di Samudera Pasifik berada di atas kondisi normal sehingga mengakibatkan pengurangan curah hujan dan musim kemarau lebih panjang.
“Kondisi tertingginya berdasarkan pantauan sekarang, itu nanti puncaknya terjadi pada Desember. Jadi untuk puncak di Agustus-September ini kemaraunya,” kata Kasi Data dan Informasi BMKG Karangploso Malang Ahmad Luthfi.
Beberapa minggu belakangan, cuaca di Kota Surabaya cukup terik. Ketika siang hari, suhu bisa mencapai 34°C. Musim kemarau ini juga berdampak pada suhu di malam hari.
Menurut Luthfi, tidak hanya di Surabaya beberapa kota lain juga merasakan hal yang sama. Sehingga tidak ada dampak khusus atau signifikan yang terjadi di Kota Pahlawan ini.
“Suatu hal yang biasa kalau suhunya lebih panas saat musim kemarau. Nggak ada kota yang lebih panas, itu salah karena hal biasa kalau kemarau,” jelasnya.
Setiap daerah memiliki kondisi suhu masing-masing sesuai lokasinya. Kondisi lebih terik saat musim kemarau di dataran rendah seperti di Surabaya disebabkan tidak adanya awan. Namun, kondisi tersebut berbeda dengan dataran tinggi seperti Malang.
BMKG mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang tidak perlu khawatir serta memfilter informasi yang beredar dan bisa dipertanggungjawabkan.
“Sehingga tidak perlu khawatir terkait kondisi yang terjadi. Masyarakat harus selalu update informasi dari BMKG, wajib,” tegasnya.
Sementara itu, Luthfi juga menekankan bahwa meski dampak El Nino berupa kemarau panjang cukup dirasakan di Indonesia, tapi dalam beberapa bulan ke depan diprakirakan Jawa Timur akan memasuki musim hujan.
“Berdasarkan kondisi normalnya, Desember itu di wilayah Jatim sebagian besar sudah memasuki awal musim hujan,” ungkapnya.
Namun, lebih lanjut informasi tersebut akan dirilis resmi oleh BMKG.
“Meski ada El Nino, itu pasti akan ada musim hujan dan kemarau secara bergantian. Jangan merasa nggak ada hujan sama kali, pasti ada musim hujan,” ujarnya.
Writer: Izzatun Najibah
Editor: Dwi Lindawati