Emil Dardak Ingatkan 9 Prinsip Jurnalisme dan Tugas Media sebagai Pemantau Kekuasaan
Gigih Mazda

SURABAYA, Tugujatim.id – Media massa dan pers kerap kali disebut sebagai satu dari 4 pilar demokrasi setelah tiga pilar lain yakni yudikatif, legislatif dan eksekutif. Menanggapi hal tersebut, Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak mengingatkan kembali jika jurnalisme mempunyai 9 prinsip.
Sembilan prinsip dalam jurnalisme itu meliputi kebenaran, kesetiaan, verifikasi, independen, pemantau, menampung aspirasi, menarik dan relevan, mudah dicerna dan menggunakan hati nurani. Hal itu, jelas Emil, penting untuk menjalankan tugas media sebagai pemantau kekuasaan.
“Sembilan prinsip jurnalisme, yakni kebenaran, loyaliotas, kedisiplinan, kebebasan dari sumber yang diliput. Wartawan juga bertugas sebagai pemantau kekuasaan, menyediakan komentar, berita proposional dan komprehensif,” terang Emil dalam Tugu Media Goes to Campus, Senin (24/05/2021).
Untuk diketahui, Tugu Media Group yang membawahi Tugujatim.id dan Tugumalang.id bekerjasama dengan PT Paragon Technology and Innovation yang merupakan pabrik kosmetik berlabel halal terbesar di Indonesia—meliputi Wardah, Emina, Make Over, Putri dan Kahf membangun program pelatihan jurnalistik dan fotografi bernama ‘Tugu Media Goes to Campus’.
Tugu Media Goes to Campus kali ini digelar di 4 perguruan tinggi negeri (PTN) di Kota Surabaya, seperti Universitas Airlangga (Unair), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), dan UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya.
Selain itu, Emil juga menyebutkan bahwa produk jurnalistik harus aktual dan sesuai fakta. Akan tetapi, di lapangan banyak media yang masih tercampur dengan opini dan pendapat pribadi dari jurnalis yang meliput.
“Ada produk jurnalistik yang aktual, kadang ada juga yang opini dari jurnalisnya sendiri. Sedangkan dalam media, produk opini akan mengandalkan kolom opini. Sedangkan kalau kita bicara mengenai berita, itu tidak memunculkan opini tapi fakta,” sambungnya.
Apalagi, pelatihan jurnalistik dan fotografi yang diadakan Tugu Media Goes to Campus merupakan bagian dasar untuk menciptakan cuaca jurnalistik yang sehat, yang nanti bakal dibangun oleh mahasiswa Unair, Unesa, ITS dan UINSA di masa mendatang.
“Kalau mahasiswa paham produk jurnalistik, tahapan berikutnya ikut memahami dan membangun jurnalistik. Kalau di grup ada ‘broadcast’ berita, inilah perlu berhati-hati dan bijak mengenai bagaimana memanfaatkan produk jurnalistik,” pungkasnya.