SURABAYA, Tugujatim.id – Faranani Nazwa Chairunisa Irsan, mahasiswi kelahiran tahun 2000 yang baru saja menyelesaikan masa studi double degree di dunia kampus sekaligus, yakni Maastricht University Belanda dan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
Dia baru saja diwisuda pada Minggu, 5 Maret 2023 kemarin, di Unair Surabaya. Sekaligus menjadi wisudawan pertama yang lulus dari program double degree. Faranani mendapat dua gelar sekaligus, Sarjana Hukum (SH) dan Legum Baccalaureus (LLB).
Saat Indonesia dihantam pandemi Covid-19, tepatnya pada Agustus 2020, Faranani justru berangkat ke Belanda untuk menempuh pendidikannya di Fakulity of Law, Maastricht University Belanda.
Bermodalkan semangat, kemampuan, keyakinan, usaha, dan doa, Faranani berhasil mengikuti program Internastional Undergraduate Program (IUP) Unair.
Dia menjalani perkuliahan di Maastricht University Belanda dengan sistem pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Faranani mengambil fokus mata kuliah yang membahas tentang European Law, khususnya Comparative Law di yurisdiksi United Kingdom, Dutch, German, French, dan United States.
Jauh dari Tanah Air, hidup di Negeri Kincir Angin selama kurang lebih satu tahun, membuat Faranani survive lebih kuat. Tak sedikit air mata yang dia teteskan dan pikiran yang dia tuangkan. Apalagi saat menjalani pekan ujian triwulan pertama.
“Waktu itu pernah dua minggu sebelum ujian, saya dan teman-teman asing di sana sedang melakukan rutinitas belajar bareng sampai tengah malem. Kadang juga sering bengong dan nangis kalau mau ujian,” kata Faranani.
Penuh struggle, termasuk menuntut dirinya untuk memiliki manajemen waktu yang baik. Mampu mencapai target, hingga membuat pikiran penuh sama sekali tak pernah menyurutkan rasa semangatnya. Justru menjadikan dirinya semakin kuat dan terlatih untuk beradaptasi dengan sistem pendidikan yang berbeda.
Wajar saja, biasanya negara-negara maju yang ada di dunia tentunya memiliki sistem pendidikan yang baik dan profesional untuk diterapkan kepada para pelajar dan mahasiswa.
Menjadi lulusan pertama dari program kolaborasi ini, membuat Fanani harus rela mengubur mimpinya untuk lulus tepat waktu. Karena itu menjadi bagian dari konsekuensi untuk lulus satu semester lebih lama dibanding yang seharusnya.
Pertama kali menduduki bangku perkuliahan di Unair Surabaya pada 2018, banyak kualisifikasi dan pengalaman yang pernah dia dapatkan. Termasuk mewujudkan mimpinya dapat berkesempatan mendapatkan ilmu di negeri yang terkenal akan kejunya tersebut.
“Aku nggak bakal supercoat kalau program ini bakal gampang atau gimana, karena nyatanya emang susah. Cuman, kalau emang ingin belajar serius dan mendapat gelar double degree ya harus memiliki pengorbanan yang besar. Tetapi ini sangat worth it,” pungkasnya.