TUBAN, Tugujatim.id – Akhirnya program Fellowship Jurnalisme Pendidikan Batch 3 resmi dilaksanakan pada Selasa pagi (21/09/2021). Program yang diinisiasi Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) ini menghadirkan Chief Executive Officer (CEO) PT Paragon Technology and Innovation (PIT) Salman Subakat melalui virtual sebagai pembicara.
Dalam Fellowship Jurnalisme Pendidikan Batch 3 kali ini mengangkat tema leadership “Kepemimpinan dan Kepeloporan dalam Penyelenggaraan Pendidikan Guna Menumbuhkembangkan Budaya Inovasi dan Kolaborasi Para Pemangku Kepentingan untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2024″.
Kegiatan yang diikuti 15 peserta yang tersebar dari seluruh Nusantara, termasuk media siber Tugujatim.id, ini berjalan secara lancar.
Direktur GWPP sekaligus Pemimpin Redaksi (Pemred) Tugu Media Group Nurcholis MA Basyari dalam sambutannya mengatakan, program ini bertujuan untuk mengarusutamakan isu-isu pendidikan. Dia menjelaskan, hal tersebut agar masyarakat menjadi optimistis dan ikut serta memajukan pendidikan di Indonesia.
Pria yang akrab dipanggil Pak Nur ini mengucapkan terima kasih kepada CEO Paragon Salman Subakat dan Paragonian (sebutan lain karyawan dari PIT) yang masih berkomitmen untuk pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik.
“Harapannya, para mentor yang telah memiliki banyak jam terbang, bisa saling berbagi dengan semua peserta. Kita juga akan belajar bersama-sama,” tambah mantan wartawan Media Indonesia ini.
Di kesempatan yang sama, CEO Paragon Salman Subakat mengatakan pentingnya mentransformasi dunia pendidikan. Sebab, menurut dia, pendidikan menjadi urgensi di setiap sendi kehidupan manusia. Dengan pendidikan, taraf hidup bisa diubah ke arah yang lebih baik.
Namun begitu, hal tersebut sulit dilakukan jika spirit ini tidak didukung oleh pers sepenuhnya. Sebab, pers memiliki kekuatan besar mengubah pola pikir (mindset) manusia.
“Tak heran pers termasuk satu pilar demokrasi yang bisa mengubah apa pun itu,” ucap lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.
Salman pun sangat bersyukur, dengan adanya pers, semuanya bisa terkoneksi. Dia tidak bisa membayangkan jika hal itu tak ada. Dia menjelaskan, arus informasi bisa tersendat, kontrol pun tidak ada.
“Saya ingin bercerita, pada suatu ketika di daerah jauh, ada seorang anak yang pada saat itu memegang koran. Kemudian dia membaca. Kalau tidak salah waktu itu pemberitaannya terkait kampus IPB. Bayangkan kalau gak ada yang nulis. Pastinya dia tidak tahu, seperti apa tempatnya, jurusannya, dan lain-lainnya,” katanya.
Dia mengukapkan, karena itu kita harus mengarusutamakan pendidikan.
“Dengan memiliki modal yang sudah ada ini, mari bersama-sama mengarusutamakan ranah pendidikan ke masyarakat. Sehingga pendidikan bisa menjadi perhatian,” tandasnya.