MOJOKERTO, Tugujatim.id – Unim Mojokerto kedatangan tamu spesial sekaligus pakar Filsafat Islam yang sedang naik daun yaitu Fahruddin Faiz. Tokoh alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini hadir menjadi narasumber utama dalam acara Ngaji Filsafat dengan tema “Membincang Kebahagiaan”. Acara ini berlangsung di Latar Kulon Unim Mojokerto, Jabon, Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto, Jumat (08/09/2023).
Fahruddin Faiz mengawali pembicaraan tentang sebuah penelitian tentang kondisi terkini dari dunia barat dan timur. Dia mengatakan, kebahagiaan banyak diimpikan oleh banyak orang di dunia barat, sedangkan orang-orang dunia timur lebih banyak memimpikan kesuksesan.
“Maka tidak salah kalau ada ulama bilang kalau orang banyak mencari apa yang belum dimiliki. Jadi bisa saja orang dunia timur itu bahagia dalam situasi apa pun, tapi tidak sukses dalam hidupnya,” kata Fahruddin Faiz pada Jumat (08/09/2023).
Faiz mencontohkan kultur di Yogya yang dia temui. Banyak orang Yogya yang bisa tertawa bahagia saat menjalani hidup sehari-hari, meski harus menghadapi kenyataan bahwa secara ekonomi belum mencapai status mapan.
“Anda bisa lihat bagaimana orang-orang Yogya itu bisa cengengesan, ra duwe duit ra popo penting ngopi, santai. UMR Yogya saja termasuk rendah, tapi orang-orang sana (Yogya) dapat menikmati hidupnya,” beber Faiz.
Faiz menyebutkan, ada beberapa terma untuk menyebut kebahagiaan. Faiz menyebutnya dalam kosakata bahasa Arab. Mulai dari terma Sa’adah, Falah, Farakh, Salam, hingga Najah.
“Jadi bisa saja Anda saat ini belum Sa’adah, tapi sebatas Farakh. Itu tadi. Ekonominya rendah tapi bisanya tertawa, cengengesan. Kadang Anda sampai tertawa sendiri saking banyaknya pikiran, itu Farakh. Kalau Sa’adah itu bahagia yang paripurna,” terang Faiz.
Sedangkan terma Falah merupakan kebahagiaan yang hakiki. Sebab, kata Falah diselipkan dalam lantunan azan. Artinya, umat Islam diajak berbahagia dalam tingkatan akhirat.
“Makanya pakai kata Falah, kadang diterjemahkan dengan kemenangan. Menang itu ya besok ketika di akhirat, tidak di dunia,” sambung Faiz.
Sementara kata Najah diartikan dengan kesuksesan ketika mengatasi rintangan atau hambatan. Faiz memberi ibarat orang yang sedang kuliah lalu lulus.
“Nah kalau Najah beda lagi. Najah itu ibarat Anda kuliah, lalu bisa diakhiri dengan kelulusan. Kan gembiranya setelah lulus kan sebatas selesai, nanti sudah lulus ya bingung lagi cari kerja. Maka belum mencapai Sa’adah,” ujar Fauz.
Writer: Hanif Nanda Zakaria
Editor: Dwi Lindawati