MALANG, Tugujatim.id – Meninggalnya petinju profesional asal Malang Hero Tito pada Kamis (3/3/2022) menyisakan duka bagi para kerabat dekat serta penggemarnya. Salah satunya bagi Frontman D’Kross, Ade Herawanto. Dia merasa bahwa Hero adalah sosok yang memiliki loyalitas tanpa batas
Dalam suatu kesempatan, Ade Herawanto yang dulu pernah menjadi promotor petinju bernama asli Heru Purwanto ini mengenang sosok almarhum yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri.
“Dia awal masuk tinju profesional sampai dengan juara nasional beberapa kali dan jadi juara dunia saat masih di D’Kross. Jadi dia sudah seperti anak saya sendiri,” kata Ade.
Dia meminta masyarakat Malang untuk memaafkan kesalahan Hero Tito dan memanjatkan doa untuknya.
“Mohon maaf kepada seluruh masyarakat Bumi Arema jika ada kesalahan dari Heru, anak lanang D’Kross. Minta doa dan Al-Fatihah semoga almarhum khusnul khotimah,” imbuhnya.
Bagi Ade, Hero Tito adalah sosok yang rendah hati, santun, sederhana, dan ramah kepada semua orang. Dia lucu tapi juga kikuk saat harus serius.
“Ia selalu terkesan kikuk jika menemui saya untuk berdiskusi berbagai macam hal. Dia selalu minta waktu khusus untuk jagongan berdua,” beber Ade.
Tahun lalu, saat Ade terjerat masalah, Hero Tito tidak memutus tali silaturahmi. Ia bahkan lebih sering berkunjung ke rumah Ade untuk menghibur istri dan anak-anaknya.
“Istri saya nangis karena teringat sewaktu saya di dalam tahanan, Heru sering datang ke rumah untuk melatih anak perempuan saya, Caca dan juga anak kecil-kecil tetangga rumah. Tujuannya untuk menghibur istri dan anak-anak saya. Ia membuktikan bahwa ia memiliki loyalitas tanpa batas,” ujar Ade.
Saat masih tergabung di Sasana D’Kross, Hero Tito juga sering berkunjung ke rumah Ade maupun ke markas studio D’Kross sambil membawa kue jajan pasar buatan ibunya seperti cenil, lupis, ketan, dan lain-lain.
“Sambil cengar cengir dia bilang, ‘buatan emak untuk Sam Ade D’Kross,” kenang Ade.
“Hero Tito saya anggap mati syahid karena meninggal saat berjuang demi menafkahi anak istri dan berjuang untuk mengharumkan Bumi Arema,” kata Ade.
Ade meninggal di pertarungan terakhirnya melawan James Mokoginta untuk memperebutkan sabuk kelas ringan Asosiasi Tinju Indonesia. Ia berencana lanjut bertanding di Toowoomba, Brisbane, Australia pada 12 Maret mendatang.
“Tapi semua sudah ditulis oleh Allah SWT dan sudah ditentukan bahwa perjuangannya harus berhenti di pertandingan minggu kemarin itu. Namun saya yakin semangat juangnya tidak akan pernah terhenti oleh apa pun. Untuk pejuang ring tinju dan pejuang silaturahmi, Hero Tito, anak lanang kami, semoga khusnul khotimah,” tutup Ade.