Identik saat Hari Raya Idulfitri, Hampers Lebaran Sudah Ada sejak Zaman Kolonialisme

Dwi Linda

Hiburan

Hampers Lebaran.
Ilustrasi hampers Lebaran. (Foto: Unsplash)

SURABAYA, Tugujatim.id Berbagi hampers menjadi budaya yang lekat saat perayaan Idulfitri. Menariknya, hampers Lebaran ini sudah ada sejak zaman kolonialisme lho. Kok bisa?

Hampers Lebaran Idulfitri yang sering kali berupa bingkisan aneka macam isian telah melalui sejarah dan perkembangan yang panjang.

Menurut dosen sejarah Universitas Airlangga (Unair) Moordiati, budaya berbagi bingkisan sudah ada sejak zaman kolonialisme. Tetapi, bentuknya tidak seperti yang kita temui seperti saat ini.

Pada zaman kolonialisme Belanda, budaya berbagi bingkisan hanya melibatkan kalangan tertentu. Moordiati menyebutkan, penyebabnya adalah ketidaksetaraan sosial dan ekonomi yang terjadi pada saat itu.

Baca Juga: Murah 10 Jutaan! Review Asus VivoBook S14 S430FN: Dilengkapi Windows 10 Original dan SSD Berkapasitas 512GB

Bahkan, dia mengatakan, budaya tersebut tidak populer pada zaman pendudukan Jepang yang terkenal dengan kekejamannya sehingga fokus masyarakat adalah melawan kesulitan kehidupan sehari-hari.

Menurut dia, berbagi bingkisan masih tidak populer pada masa pemerintahan Soekarno. Namun, masyarakat luas kemudian mulai melakukan budaya tersebut sejak 1980-an dengan istilah berbagi parsel. Pada saat itu, parsel berisi makanan khas Lebaran.

“Awalnya memang makanan, tetapi kemudian isi parsel berubah seiring perkembangan zaman. Ada yang pakaian, barang pecah belah seperti cangkir, dan bunga,” kata Moordiati.

Kemudian, pada 2000-an parsel makin populer dan istilahnya bergeser menjadi hampers. Pada awal-awal ini tidak sedikit pengusaha yang menjual produk jual belinya untuk dibentuk hampers Lebaran.

Baca Juga: 3 Resto Menakjubkan di Satu Destinasi Wisata Lembah Indah Malang: Diapit Keindahan Gunung Kawi!

Moordiati juga menuturkan, awalnya pemberian hampers hanya sebagai ucapan terima kasih. Namun, makin berjalan maknanya berubah menjadi wujud apresiasi terutama selama perayaan-perayaan agama atau acara sosial. Makna tersebutlah yang menjadi tonggak awal budaya berbagi hamper Lebaran.

Sayangnya, tidak dapat dipungkiri jika saat ini hampers juga menunjukkan status sosial si pemberi.

“Sekarang hampers dimaknai sebagai status sosial. Semakin tinggi nilai hampers yang diberi atau diterima, bisa menjadi penanda tingginya status sosial pula,” jelasnya.

Dengan demikian, hamper tidak hanya menjadi simbol kedermawanan dan rasa terima kasih, tetapi praktik memberikan dan menerima hampers telah menjadi bagian dari ritual sosial dan perayaan, yang juga melibatkan permainan status dan pengakuan sosialnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id

Writer: Izzatun Najibah

Editor: Dwi Lindawati

Popular Post

Mengusahakan Pertolongan Ilahi.

Kisah Hidup Pendiri Wardah Resmi Tayang di YouTube, Ini Sinopsis Film “Mengusahakan Pertolongan Ilahi”

Dwi Linda

SURABAYA, Tugujatim.id – Kisah hidup Nurhayati Subakat, sosok di balik kesuksesan PT Paragon Technology and Innovation, hadir dalam film bertajuk ...

Ansor Kota Malang.

PC GP Ansor Kota Malang Terima CSR Tugu Malang ID dan Times Indonesia, Tingkatkan Kader Melek Digital

Dwi Linda

MALANG, Tugujatim.id – Pengurus Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Malang menerima bantuan dana corporate social responsibility (CSR) dari ...

Khofifah.

Khofifah-Emil Silaturahmi ke Rumah Jokowi usai Retreat di Magelang, Ini Isi Petuahnya!

Dwi Linda

SURABAYA, Tugujatim.id – Gubernur dan Wakil Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak usai mengikuti retreat di Magelang, Jawa Tengah, ...

Pelaku mutilasi wanita asal Blitar.

Update! Pelaku Mutilasi Wanita asal Blitar dalam Koper Merah: Mulai Menyesal, Kerap Menangis saat Ingat Anak

Dwi Linda

SURABAYA, Tugujatim.id – Rohmat Tri Hartanto alias Antok, 33, pelaku pembunuhan dan mutilasi Uswatun Khasanah, 29, seorang sales promotion girl ...

Mudik gratis 2025.

Tak Ada Mudik Gratis 2025, Dishub Kota Malang Fokus Bangun Lahan Parkir di Kayutangan Heritage

Dwi Linda

MALANG, Tugujatim.id – Kabar kurang menggembirakan datang dari Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang. Pihaknya memastikan tidak menyediakan mudik gratis 2025 ...

Tempuran Mojokerto.

Kurang dari Setahun, Tempuran Mojokerto Terendam Banjir Tiga Kali

Dwi Linda

MOJOKERTO, Tugujatim.id – Wilayah Tempuran, Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, kembali terkena banjir luapan pada Jumat (28/02/2025). Banjir luapan di ...