SURABAYA, Tugujatim.id – Tugu Jatim berkeliling Kampung Lawas Maspatih. Ada rumah yang khusus berjualan nasi gudeg, ada yang membuka toko kelontong lengkap, sebagian menyulap rumah menjadi kios-kios, spot khusus hidroponik, pembuatan kue dan kerajinan tangan. Namun, keresahan warga datang, seiring pandemi COVID-19 setahun ini.
“Tentu memengaruhi. Yang tadinya kami mendapat kunjungan dari wisatawan asing berbagai negara, namun sekarang tidak bisa. Sebelumnya, sebulan bisa sampai Rp 60 juta, per kunjungan Rp 2 juta dengan 25 orang rombongan,” jelas Sabar pada Tugu Jatim dengan raut wajah yang tampak tabah, Jumat (08/01/2021), pukul 16.00 WIB.
Baca Juga: Hobi Menyaksikan Video Binatang Lucu dan Imut Baik untuk Kesehatan, Studi Membuktikan
Dari anggaran yang masuk Rp 2 juta itu, Sabar menjelaskan bakal dibagi dan kembali ke warga lagi. Untuk membayar tour guide, penari, penyanyi, sebagian untuk membeli minuman, jajanan dan edukasi UMKM yang dijalankan warga Kampung Lawas Maspatih Surabaya.
Ketua RW 3 Kampung Lawas Maspatih juga merasakan keresahan yang sama dengan seluruh orang di dunia akibat COVID-19. Ekonomi warga terhambat. Pemasukan kas kampung juga macet, UMKM yang sudah dibangun mendadak sepi. Penginapan wisatawan yang dulu ramai kini tiada yang mengisi.
“Tidak ada, tidak ada perhatian dari pemerintah, kasihan orang yang berjualan di sini. Ayo, jangan diskriminasi. Kalau kampung menjadi kotor lagi, membangunnya susah. Apa karena pandemi COVID-19 kampung ini dibuyarkan? Yang dialiri dana selalu wisata alam, jutsru menjaga kampung kaya gini yang susah,” jelas Sabar Suastono pada Tugu Jatim sambil duduk di kursi panjang, Jumat (08/01/2021).
Kampung Lawas Maspatih sudah dikenal wisatawan asing dari Eropa sampai Asia. Banyak dipublikasikan media. Sehingga, terhitung mengharumkan nama Kota, Provinsi dan Negara. Namun, Kampung Lawas Maspatih sampai sekarang belum banyak diberi perhatian pemerintah, terlebih soal anggaran untuk pelestarian.
Baca Juga: Tips dan Cara Efektif Membangun Komunikasi dengan Anak Sejak Usia Dini
“Untuk menyiasati, kami sekarang buat aplikasi sendiri menjual produk-produk UMKM warga. Kami berencana membuat video di channel YouTube mengenai cerita Kampung Lawas Maspatih. Yang lucu, yang menarik. Nanti uangnya bisa dapat dari situ,” tutur Sabar Suastono menjelaskan siasat di tengah wisata dan UMKM yang sedang sepi.
Kendati fasilitas untuk buat channel YouTube itu masih belum tercukupi, tidak ada sarana dan prasarana. Hanya menggunakan handphone. Sabar Suastono, berupaya sebisa mungkin untuk tetap menjalankan ekonomi warganya di tengah pandemi COVID-19.
“Itu jalan satu-satunya, tapi konsep videonya ‘ngelawak’. Lucu kontennya, seminggu sekali upload. Tapi tidak ada dana. Kita harus larinya ke situ, nanti uangnya sama dengan saat membuka wisata dulu. Ya itulah mas,” jelas Sabar dengan wajah yang tabah sambil bercerita rencananya pada Tugu Jatim, Jumat (08/01/2021).
Harapan Sabar, pemerintah mulai memperhatikan wisata-wisata kampung semacam ini. Selesai mengobrol selama 60 menit soal sejarah, babat alas dan hiruk-pikuk Kampung Lawas Maspatih saat pandemi COVID-19, Tugu Jatim meminta izin pada Sabar Suastono untuk mengabadikan momen di sudut-sudut kampung sembari berpamitan pulang. (Rangga Aji/gg)