Tugujatim.id – Data frekuensi bencana di Indonesia mengalami kenaikan yang cukup tinggi, sekitar 81 persen selama 12 tahun terakhir. Pada 2010 ada sekitar 1.945 peristiwa, kemudian 2022 naik menjadi 3.552 kejadian
“Hati-hati, frekuensi bencana di Indonesia juga mengalami peningkatan yang drastis, yaitu naik 81 persen,” ujar Presiden RI, Joko Widodo, dilansir dari Setkab.go.id saat membuka rapat kerja Basarnas.
Jokowi, sapaan akrabnya, mengungkapkan bahwa potensi bencana dunia juga meningkat lima kali lipat dalam lima puluh tahun terakhir. Menurut data yang dikantonginya, potensi bencana di dunia ini cenderung semakin tinggi, frekuensinya lima kali lipat naik selama lima puluh tahun terakhir.
Sedangkan selama beberapa tahun terakhir, Indonesia pernah mengalami kecelakaan besar, di antaranya Air Asia pada 2014 yang jatuh di perairan Belitung, kemudian Sriwijaya SJ-182 di Kepulauan Seribu pada 2021, kemudian Lion Air JT-610 di perairan Karawang pada 2018, dan juga Kapal Motor Sinar Bangun di Toba pada 2018.
“Semuanya saya mengikuti dan beberapa saya melihat langsung di lapangan, kecepatan respons dari Basarnas saya harus menyampaikan apa adanya, sangat cepat,” kata mantan Gubernur DKI Jakarta ini.
Menurutnya, Basarnas memiliki peran penting karena harapan korban dan keluarga korban bencana bertumpu kepada tim SAR. “Kecepatan evakuasi untuk menentukan jumlah nyawa yang diselamatkan juga berada di tim SAR,” tambahnya.
Maka, Jokowi menekankan penggunaan teknologi untuk mempercepat pencarian dan pertolongan ini sangat penting. Beberapa teknologi yang menurutnya dibutuhkan, antara lain drone rescue, snake robot, robot diver, hingga jet suit untuk operasi di ketinggian.
“Hal-hal seperti ini yang Basarnas harus segera memiliki, saya enggak tahu anggarannya ada atau enggak ada. Kalau enggak ada, tentunya segera diajukan. Nanti Pak Menko PMK tolong dicatat, Pak Sekretaris Kabinet, Pak Seskab nanti dibantu Basarnas untuk memiliki peralatan yang tadi saya sampaikan,” ucapnya.
Namun demikian, imbuhnya, selain penggunaan teknologi, hal yang penting dalam proses pertolongan dan pencarian adalah keterlibatan masyarakat, terutama di daerah rawan bencana.
Iapun mendorong Basarnas untuk melibatkan masyarakat melalui edukasi tentang pertolongan awal yang bisa dilakukan saat terjadi bencana. Mengedukasi masyarakat menjadi hal yang penting agar masyarakat memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam pertolongan-pertolongan awal.
“Ini penting sekali. Mulai dilakukan mengintervensi, mengedukasi masyarakat agar ngerti apa yang harus dilakukan pada saat-saat kejadian awal,” tandasnya.