JAKARTA, Tugujatim.id – Jumlah perokok di Indonesia terbilang sangat tinggi dan begitu mengkhawatirkan. Mengutip dari Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2018 silam, prevelansi perokok usia 15 tahun ke atas di Indonesia adalah 33,8 persen atau sebanyak 65,7 juta jiwa. Di mana Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia dan hanya kalah dari China dan India.
Atas dasar kekhawatiran itulah, Institut Komunikasi Bisnis London School of Business (IKB LSPR) Jakarta berusaha menggandeng para akademisi dari kampus lain melalui program Pengabdian Masyarakat Akademisi Ilmu Komunikasi Lintas Kampus untuk mendorong agar masyarakat lebih sadar terkait bahaya rokok dan produk tembakau.
Menurut Vice Rector IV, IKB LSPR Jakarta, Dr. Lestari Nurhajati, pengendalian tembakau di Indonesia masih lemah. Sehingga, jumlah konsumen di Indonesia pada usia dini juga begitu memprihatinkan.
“Sayangnya, kebijakan terkait pengendalian tembakau di Indonesia masih sangat lemah, misalnya regulasi iklan rokok masih bersifat parsial bukan pelarangan komprehensif.” terang Lestari yang juga sebagai Koordinator Program Pengabdian Masyarakat Akademisi Ilmu Komunikasi Lintas Kampus oleh IKB LSPR tersebut dalam sesi webinar yang digelar melalui Zoom, Kamis (11/3/2021).
Program IKB LSPR Didukung Prodi Ilmu Komunikasi dari 15 Kampus di Seluruh Indonesia
Oleh karena itu, agar kampanye tentang bahaya rokok bisa masif dan menyeluruh ke seluruh lapisan masyarakat, pihaknya mengundang 15 orang akademisi Ilmu Komunikasi dari 15 kampus yang ada di Indonesia untuk bergerak bersama melakukan penyadaran di kalangan mahasiswa. Para dosen dari 15 kampus yang dipilih itu kemudian dibentuk tiga kelompok dengan penyebaran merata ke seluruh wilayah Indonesia.
Satu di antaranya, dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dr. Frida Kusumastuti yang juga ketua kelompok 2, menuturkan jika peran akademisi dan orang jurusan komunikasi bisa mendukung kampanye kesehatan dalam upaya pengendalian tembakau. Terutama yang menyasar pada generasi muda.
“Selama ini kita yang berada di bidang komunikasi terus mengawal UU periklanan dan penyiaran produk rokok,” kata Dr. Frida Kusumastuti.
Frida menambahkan, jika hari ini (11/3/2021) UMM bersama bersama empat kampus lainnya, memulai kegiatan pembekalan kepada mahasiswa. Di antara kampus tersebut yakni, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Universitas Islam Muhammad Arsyad AlBanjari Banjarmasin, Universitas Al-Azhar Indonesia, Jakarta, dan Universitas Islam Indonesia Yogjakarta.
“Tujuan dari pembekalan ini adalah meningkatkan kesadaran kritis para mahasiswa bahwa mereka dan generasi muda merupakan sasaran utama produk tembakau yang akan menjadi perokok potensial berkelanjutan.” Jelas Frida.
Generasi Muda Harus Siapkan Ide Konten Digital untuk Tingkatkan Kesadaran Masyarakat tentang Bahaya Rokok
Diharapkan, setelah mendapat pembekalan hari ini, para peserta memiliki ide membuat konten-konten digital di berbagai platform yang berisikan fakta tentang produk tembakau dan dampaknya bagi kesehatan, dan sosial ekonomi di Indonesia.
“Diharapkan meningkatkan kesadaran kritis generasi muda untuk membaca pesan-pesan iklan rokok, atau mengintepretasi Informasi media massa tentang tembakau,” ungkapnya.
Pembekalan yang dipandu oleh host Dr. Marhaeni Fajar dari UNISKA Banjarmasin ini diisi dengan Materi tentang fakta industri tembakau oleh Dr. Masduki dari UII dan fakta remaja & media terkait produk tembakau oleh Dr. Irwa Zarkasy dari UAI Jakarta. Output program berupa konten digital yang dilombakan dan akan dikawal oleh Monika Sri Juliarti dari UNS sebagai ketua juri.
“Kami berharap program ini bisa berkelanjutan atas dukungan Southeast Asia Tobacco Controll Aliance atau SEATCA yang telah dirintis oleh IKB LSPR. Peran akademisi komunikasi bisa ditingkatkan, tidak hanya soal pengendalian melalui iklan dan penyiaran.” harap Frida Kusumastuti mengakhiri pernyataannya. (Mochamad Abdurrochim/gg)