Kampoeng Dolanan Pasuruan, Tempat Bermain Permainan Tradisional dan Edukasi Anak

kampoeng dolanan tugu jatim
Teddy Irawan mengajari anak-anak bermain egrang. Foto: Laoh Mahfud/Tugu Jatim

PASURUAN, Tugujatim.id – Sejumlah anak-anak tampak riang bermain permainan tradisional di Kampoeng Dolanan, RW 3 RT 7, Dusun Babatan Lor, Kelurahan Purutrejo, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan, Jawa Timur.

Salah satunya adalah Sila (10) yang asyik mencoba berdiri dengan egrang. Berulang kali dia mencoba memijakkan kakinya di atas egrang, keseimbangannya goyah. “Susah sekali ya egrang ini, ” celoteh Sila.

Penggagas Kampoeng Dolanan, Teddy Irawan (47) lalu menghampirinya. Teddy memegang dua sisi egrang dan menuntun bocah kelas 4 SD itu berjalan di atas egrang. “Ayo gapapa sekali lagi, pelan-pelan” kata Teddy.

Selangkah dua langkah Sila berhasil, tapi selanjutnya Sila kembali jatuh Namun karena kesulitan, merekapun berganti permainan. Mereka bermain hulahop, sandal batok, hingga mencoba permainan papan dakon.

kampoeng dolanan tugu jatim
Berbagai macam permainan tradisional tersedia di Kampoeng Dolanan, RW 3 RT 7, Dusun Babatan Lor, Kelurahan Purutrejo, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan. Foto: Laoh Mahfud/Tugu Jatim

Kampoeng Dolanan sendiri dulunya merupakan lahan kosong milik Pemkot Pasuruan yang tidak terpakai. Namun, Teddy bersama istrinya, Catur Hayati (43) menyulapnya menjadi kampoeng dolanan. “Dulunya kotor, kumuh di sini, kalau hujan jadi genangan becek. Saya izin pak RT buat dibangun Kampoeng Dolanan ini,” ujar Teddy, pada Sabtu (28/1/2023).

Tujuan pasutri itu membangun Kampoeng Dolanan ini sederhana. Mereka hanya ingin anak-anak di Dusun Babatan Lor bisa punya area taman bermain yang luas.

“Dana bangunnya dari swadaya masyarakat sini, ada yang nyumbang semen, pasir. Dibangunnya juga bertahap dan selesai tahun lalu,” ungkapnya.

Di Kampoeng Dolanan ini disediakan pula berbagai permainan tradisional. Mulai dari egrang, dakon, sandal batok, klompen panjang, ular tangga, hingga lompat tali.

Selain itu, ada pula permainan yang lebih modern seperti ayunan, perosotan, hulahop, hingga lapangan sepak bola.

“Di sini banyak mainan jaman dulu yang kebanyakan anak-anak sekarang tidak mengenalnya. Selain melestarikan permainan tradisional juga harapannya anak-anak bisa main bareng di sini daripada kecanduan main gadget,” jelasnya.

Selain itu, ada pula perpustakaan mini bernama Rumah Baca Femilia. Perpustakaan yang dikelola Yati, sapaan akrab Catur Hayati, menyediakan berbagai macam koleksi buku pelajaran, buku pengetahuan umum, hingga buku dongeng untuk anak-anak. “Sebagian besar bukunya saya beli sendiri, tapi saya juga menerima donasi kalau ada yang mau nyumbang buku,” ujar Yati.

kampoeng dolanan tugu jatim
Rumah Baca Femilia diinisiasi oleh Catur Hayati sebagai tempat belajar anak-anak di Kampoeng Dolanan. Foto: Laoh Mahfud/Tugu Jatim

Perempuan yang ikut jadi relawan perpustakaan daerah (perpusda) ini juga menggelar kegiatan belajar rutin untuk anak-anak di sekitar Dusun Babatan Lor. Dia mengajari anak-anak usia PAUD dan TK untuk belajar baca tulis dan hitung (calistung) setiap Senin dan Kamis.

Meskipun Yati hanya lulusan SD, namun metode yang digunakannya selalu mengikuti standar pendidikan dari Kemendikbud. “Belajarnya gratis saya nggak pungut biaya. Soalnya saya ingat dulu waktu SMP tidak bisa lulus karena terkendala biaya. Saya tidak ingin anak-anak mengalami apa yang saya rasakan,” ujarnya.