SURABAYA, Tugujatim.id – Salah satu komunitas Sanggar Seni Omah Dhuwur yang juga berada dalam naungan Yayasan Paseduluran Djati Djoyodiningrat di Surabaya, rencananya akan membentuk Kampung Wisata Arek Suroboyo. Menyoroti hak tersebut, Komnas Anak Surabaya turut mendukung dan tidak menyebut adanya eksploitasi anak.
Diberitakan sebelumnya, Kampung Wisata Arek Suroboyo yang dicanangkan oleh sekelompok penggiat seni tradisi dan budaya di Surabaya akan berbentuk ruang kesenian serta bermain bagi anak-anak di kawasan Kelurahan Dupak Bangunrejo.
Ketua Komnas Anak Surabaya Syaiful Bachri mengatakan, sebetulnya rencana tersebut sudah ada sejak 2022. Di mana program tersebut juga bekerja sama dengan Komnas Anak.
“Sebenarnya ini sudah bergulir tahun lalu. Kami ada implementasi menjadi Indonesia, kami dari Komnas menyoroti hal ini yang menyasar ke anak-anak di daerah tertentu. Salah satunya di Kampung Kremil, eks lokalisasi,” kata Syaiful Bachri kepada Tugu Jatim, Senin (22/05/2023).
Masih dalam satu wilayah, pasalnya sebelum 2013 kawasan Kampung Kremil, Monokrembanhgan, dan Bangunrejo merupakan bekas lokalisasi. Namun, kini sudah ditutup total oleh Pemerintah Kota Surabaya di masa kepemimpinan Tri Rismaharini.
Kondisi tersebutlah yang menjadi kekhawatiran banyak pihak, terutama Komnas Anak yang menyoroti keberlangsungan kehidupan anak-anak di wilayah setempat. Jadi, tercetuslah Kampung Wisata Arek Suroboyo yang menyasar ke anak-anak.
“Saya tahu gerak mereka sudah sejak 2017. Setelah Bu Risma menutup daerah itu, banyak penguatan memang seperti di sektor agama dan lain-lain, saya sepakat. Tapi saya berpikiran, konsepnya lebih beda. Harusnya yang diangkat lebih mengakar kepada hal yang mereka tahu lebih dulu, salah satunya budaya,” bebernya.
Menurut Syaiful, dengan kesenian akan menjadi ruang bagi anak-anak untuk menyalurkan potensi dan menghabiskan waktu dengan hal yang lebih positif.
“Supaya anak-anak tidak ketergantungan HP dan berkegiatan yang nggak tahu arahnya ke mana, mereka bisa berkegiatan di kesenian. Dan Oktober 2023, rencananya mereka akan merayakan melalui Kampung Wisata Anak Suroboyo,” paparnya.
Selain itu, lebih memberikan pemaparan tentang kondisi salah satu komunitas di Sidoarjo yang mulanya bergerak di kesenian tapi seiring berjalannya waktu dapat menghasilkan karya dan berdampak pada perkembangan UMKM.
“Di Sidoarjo itu ada Sidoasik yang menghimpun lebih dari 30 komunitas. Di situ mereka tidak hanya menghasilkan ruang kesenian, tapi juga ekonomi. Karena berhasil menciptakan udeng khas Sidoarjo,” paparnya.
Kendati demikian, Syaiful tidak menyebut hal tersebut sebagai bentuk eksploitasi anak. Dalam Kampung Wisata Arek Suroboyo, anak-anak akan lebih dibebaskan untuk berekspresi sesuai potensinya di bidang kesenian. Sekaligus bermain sambil belajar tanpa sistem yang mengikat.
“Eksploitasi anak atau eksplorasi anak. Kalau eksploitasi ada duit, tapi mengeksplorasi kemampuan anak itu bisa menjadi duit. Mereka tidak bekerja tapi lebih diberdayakan. Tinggal potensi dan pengembangannya gimana,” ujarnya.