TUBAN, Tugujatim.id – Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar, mengajak seluruh warga NU untuk tidak ragu dengan amaliah yang biasa dilakukan di kalangan NU. Pasalnya, hal itu sudah memiliki dasar yang kuat.
Misalnya dalam ibadah atau hal-hal lain terkait dengan ibadah. Contohnya, hadas kecil dan hadas besar, perkara yang membatalkan wudu, soal bacaan zikir dan lainnya. Menurutnya, setiap amaliah ibadah yang dilakukan di kalangan NU ada dasarnya baik hadis maupun ayat dalam Alquran.
Hal itu disampaikan Kiai Marzuki saat membuka Madrasah Kader Nahdlaltul Ulama (MKNU) di Tuban, Jumat (21/1/2022). Acara digelar di gedung KH Hasyim Asy’ari kompleks Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Tuban.
“Jadi jangan ragu dan jangan meragukan. Kabeh ono dasare (semua ada dasarnya),’’ ujar Kiai Marzuki.
Sebelum membuka secara resmi MKNU yang digelar oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tuban ini, Kiai Marzuki sengaja memberi penguatan ke-NU-an pada para peserta. Kiai asal Malang tersebut mengaji kitab yang disusunnya. Bab yang dibaca di antaranya adalah soal batalnya wudu ketika bersentuhan dengan seseorang yang bukan muhrimnya.
“Meski ada yang mengatakan bersentuhan dengan orang yang bukan muhrim tidak membatalkan wudu, namun bagi NU itu membatalkan wudu. Ada dasarnya,’’ urai Kiai Marzuki.
Hal lain yang juga ditekankan adalah soal berdoa, wiridan, termasuk pujian berisi zikir setelah azan sambil menunggu ikamah. Kiai Marzuki membeberkan ada hadis sahih yang menjelaskan itu. Sesuai hadis tersebut, bahkan Nabi Muhammad menganjurkan.
“Jadi malah disunahkan. Kalau ada yang bilang bidah atau sebagainya jangan didengar. Dasarnya ada,’’ tandasnya.
Terkait dengan organisasi NU, menurutnya, memang sudah seharusnya mulai ditata siapa yang bisa menjadi pengurus NU. Misalnya, untuk pengurus cabang mestinya diisi dengan orang yang pernah menjadi pengurus harian di MWC atau banom dan lembaga di bawahnya.
“Ya minimal pernah menjadi pengurus harian. Karena banyak yang belum mengikuti jenjang pengkaderan yang jelas tiba-tiba menjadi pengurus,’’ ungkapnya.
Menurut Kiai Marzuki, MKNU adalah satu proses pengkaderan yang harus diikuti oleh para kader NU.
Sementara, Ketua MKNU PWNU Jawa Timur, Drs KH Abdul Mujib Syadzili MSi, menambahkan bahwa MKNU di Tuban ini adalah MKNU yang ke-42 di Jawa Timur. Jumlah cabang NU di Jawa Timur ada 45.
Dalam MKNU yang digelar selama 3 hari itu, lanjut dia, ada 12 materi yang akan diberikan. Materi tersebut bisa menjadi bekal untuk ngurus jam’iyah (organisasi) dan jamaah.
“Bagaimana caranya jam’iyah dan jamaah ini bisa padu, akan kita bahas nanti,’’ katanya.
Gus Mujib panggilan akrabnya, mengatakan bahwa sikap, pola pikir, tindakan dan semangat kader NU akan berubah setelah mengikuti MKNU. Akan berbeda dibanding dengan kader yang belum ikut MKNU. Karena itu, MKNU yang merupakan bentuk pengkaderan di NU harus diikuti oleh kader-kader NU.
“Salah satu ajaran di NU adalah ahlakul karimah dan itu yang tidak dimiliki di tempat lain,’’ tandasnya.
Ketua panitia MKNU, Imam Supriyadi, mengatakan bahwa MKNU diikuti lebih dari 170 peserta. Mereka berasal dari pengurus cabang, MWC, banom, lembaga dan dari IAINU. MKNU dilaksanakan selama tiga hari dengan narasumber atau fasilitator dari PWNU Jawa Timur dan PBNU.