MALANG, Tugujatim.id – Berawal dari keinginan untuk menggabungkan dakwah islamiyah dan pemberdayaan perekonomian, KH Abdullah Sam akhirnya berhasil mendirikan Pesantren Rakyat Al-Amin pada 25 Juni 2008. Kini pesantren rakyat yang terletak di Desa Sumberpucung, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, itu bisa memfasilitasi para santri untuk belajar soal Islam dan menjadi pengusaha secara gratis. Seperti apa kisahnya mendirikan pesantren rakyat ini?
Ya, penerapan sistem gratis di Pesantren Rakyat Al-Amin berlaku untuk semua para santri. Kiai Sableng, sapaan akrab KH Abdullah Sam, memang memiliki prinsip semua orang memiliki hak untuk menuntut ilmu tanpa terhalang biaya.

Kiai Sableng mengatakan umat Islam perlu sekolah karena Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu. Tentunya ini juga dibarengi dengan semangat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Saya berpikir masa orang miskin dilarang pintar atau beriman. Jadi, solusinya agar mereka pintar dan beriman adalah mendirikan pondok pesantren yang ada sekolah gratisnya,” ujarnya saat dihubungi beberapa waktu lalu.
Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Malang ini miris melihat banyak anak putus sekolah. Sayangnya, belum ada pondok pesantren gratis di Malang yang berkualitas.
“Saya melihat banyak anak putus sekolah dan tidak ada pondok di Malang yang gratis tapi berkualitas. Orang perekonomian menengah ke bawah itu saya kira jumlahnya sangat banyak. Karena itu, harus ada perhatian dari alumni pondok atau kaum intelektual,” ujarnya.

Dia menjelaskan, Pesantren Rakyat Al-Amin ini tidak hanya mengajarkan soal agama. Tapi, dia mengatakan, para santri juga belajar berwirausaha dan jadi pengusaha.
“Anak-anak fokus belajar di sini sesuai kemampuannya. Ada yang fokus kitab, ada yang mendalami Al-Qur’an, hingga fokus pemberdayaan perekonomian. Semua lengkap di pesantren ini,” tutur Kiai Sableng.
Pesantren Rakyat Al-Amin saat ini memfasilitasi 218 santri. Mereka berasal dari 25 kabupaten/kota di Indonesia. Mulai dari Wonosobo, Lumajang, Surabaya, dan lain-lainnya.

Selain itu, Pesantren Rakyat Al-Amin juga mewadahi santri kalong atau santri yang tidak menginap serta santri prima. Untuk santri prima merupakan santri-santri yang tidak berkunjung ke Pesantren Rakyat Al-Amin, tapi justru dikunjungi.
“Jadi, kami yang berkunjung atau disebut ngaji ngluruk. Kami yang ngluruk ke komunitas-komunitas di pelosok-pelosok Malang seperti di Ampelgading, Gunung Kawi, Kalipare, dan sebagainya,” jelasnya.
Alumnus Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang ini mengatakan, model Pesantren Rakyat Al-Amin ini sedikit berbeda dengan pondok pesantren yang konvensional.

“Kami mengembalikan model semangat dakwah Rasulullah yang tidak fokus di dalam gedung. Kami meniru Wali Sanga dengan gamelan, jagongan, ngopi, dan silaturahim. Tapi, kami tetap punya kesadaran bahwa tujuannya adalah mengajak bertakwa pada Allah SWT,” terangnya.
Selain Pesantren Rakyat Al-Amin di Sumberpucung, ada 132 pesantren rakyat lainnya yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Semoga pesantren rakyat bisa menjadi sekoci-sekoci dan kepanjangan tangan pondok-pondok pesantren besar,” ujar Kiai Sableng.