Kisah Matosin dan Komplotan Pencuri yang Tak Pernah Tertulis di Buku Sejarah

Kisah dalam Pertempuran 10 November

kisah matosin tugu jatim
Adegan-adegan dalam drama teatrikal Kompi Matosin yang ditampilkan oleh anggota Front Kolosal Soerabaja. Foto: Izzatun Najibah/Tugu Jatim

SURABAYA, Tugujatim.id Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan. Pada 10 November 1945, ada peristiwa pertempuran besar, perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, perlawanan arek-arek Suroboyo menghadapi tentara Inggris yang tak pernah sirna sebagai identitas jantung kota ini.

Banyak kisah-kisah pahlawan nasional yang tercantum dalam sejarah. Seperti aksi Bung Tomo dalam membakar semangat arek-arek Suroboyo untuk berjuang melawan penjajah.

Namun, kisah Matosin melawan tentara Inggris pada pertempuran 10 November tak pernah diceritakan dalam buku sejarah. Komunitas seni Front Kolosal Soerabaja mempertontonkan cerita Matosin kepada para pengunjung Tugu Pahlawan Surabaya, Jawa Timur, pada Minggu (12/3/2023) pagi.

kisah matosin tugu jatim
Adegan-adegan dalam drama teatrikal Kompi Matosin yang ditampilkan oleh anggota Front Kolosal Soerabaja. Foto: Izzatun Najibah/Tugu Jatim

Matosin merupakan salah satu pahlawan revolusi yang terlibat pada pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Dia memang asli Mojokerto, tapi Matosin tinggal di Surabaya dan terlibat sebagai pejuang arek-arek Suroboyo.

Pandegiling, wilayah yang dia tinggali terkenal dengan markas para bandit, pencuri, dan preman di masa itu. Namun, kesadaran tentang jiwa nasionalismenya yang tinggi membentuk pola hidupnya untuk menjadi “Robin Hood” Surabaya.

Dimulai dengan cerita Matosin yang dihadang dan ditangkap oleh para tentara Jepang setelah dia dan komplotannya berhasil mencuri barang dan bahan pokok rampasan tentara Jepang di Kalimas untuk dibagikan kepada penduduk.

Kemudian adegan berlanjut dengan memperlihatkan para komplotan maling yang lain sedang bersantai sambil membicarakan Matosin. Tiba-tiba Matosin muncul di hadapan mereka. Ya, Matosin lagi-lagi lolos dari cengkraman tentara Jepang.

“Aku dicekel Jepang perkoro gudhuk maling, tapi dikiro komplotane Jepang. Dadi aku isok bebas. (Aku ditangkap Jepang bukan karena mencuri, tapi dikira komplotan Jepang),” ucap Matosin kepada kawan-kawan komplotannya.

Lalu, proklamasi kemerdekaan Indonesia didengungkan, sebagai pertanda bahwa tentara Jepang telah menyerah pada sekutu.

Pertemuan antara komplotan Matosin dengan para pasukan Indonesia mulai menghasilkan strategi untuk menghacurkan markas tentara Jepang. Jepang diharuskan menyerahkan seluruh pasokan persenjataan kepada Indonesia.

Diselingi sedikit bumbu-bumbu komedi, agedan komplotan maling saat baris berbaris berhasil mengundang gelak tawa pengunjung yang mulai menyipitkan mata karena panas matahari pagi ini.
Hingga pasukan BKR mulai mengajarkan Matosin dan para komplotan untuk menggunakan persenjataan.

Berlanjut, salah seorang penduduk mengabarkan bahwa tentara Inggris mulai menginjakkan kaki di Surabaya. Tentu saja, kabar ini membuat amarah arek-arek Suroboyo semakin memuncak.

Tentara Keamanan Rakyat (TKR), anggota laskar, Badan Keamanan Rakyat (BKR), dan arek-arek Suroboyo, termasuk Matosin bersama komplotan-komplotannya, menyerang tentara Inggris.

Semangat yang membara, bersatunya kekuatan seluruh pejuang berhasil menewaskan pemimpin Inggris, Jenderal Mallaby.

Tak lama setelah itu, tepatnya 20 hari sejak 10 November, pejuang arek-arek Suroboyo kalah. Tak sedikit pejuang yang memilih pergi ke luar kota untuk mencari perlindungan. Namun tidak dengan Matosin dan komplotannya. Matosin tetap berada di Kota Surabaya untuk bergerilya.

Matosin berani masuk ke markas tentara Inggris lewat sapiteng. Nekat dan berani. Dari situ, TKR memberikan penghargaan kepada Matosin dengan pangkat Letnan Dua.

Matosin memang tak bisa baca tulis. Dia hanya penduduk sipil biasa, tapi semangat, jiwa nasionalismenya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari cengkraman penjajah tak pernah surut.

Cerita tersebut ditampilkan dalam bentuk drama teatrikal yang naskahnya ditulis oleh Robert Beyoned.