MOJOKERTO, Tugujatim.id – Dunia batu akik kini memang tidak setenar dulu. Walau begitu, masih banyak perajin batu akik di Kota Mojokerto yang tidak patah arang. Seperti yang terlihat di Jl Karyawan, Magersari, Kota Mojokerto.
Sejumlah 13 perajin batu akik bertahan gigih membuka lapaknya meski usahanya tidak setenar dulu. Para perajin ini tetap bertahan memproses serta menjual bongkahan batu menjadi cincin akik yang siap dipakai oleh konsumen.
Salah satu perajin batu akik, Marison, sudah bergelut dengan usaha ini selama 10 tahun. Selain sebagai hobi, Marison mengaku bertahan dengan dunia batu akik karena dirinya menganggap usaha ini memiliki nilai seni.
“Sudah kadung suka. Jadi mau gimana pun ya ga bisa pindah lagi. Juga karena hobi, makanya lama betahnya karena sudah hobi,” kata Marison, Rabu (23/08/2023).
Masih adanya pehobi batu akik, membuat Marison tetap setia dengan usaha yang digelutinya. Selain itu, cita rasa seni dari warna maupun proses yang dilalui, bagi Marison, hanya dapat dirasakan oleh sesama pehobi batu akik.
“Memang harus diakui kalau batu akik sudah nggak seramai dulu. Tapi, pehobi batu akik masih setia beli ke sini. Semua karena persaudaraan, seduluran, makanya bertahan sampai sekarang,” terang Marison.
Berdasarkan pengamatan Tugu Jatim, pehobi batu akik dapat menjumpai perajin batu akik yang berjejer rapi. Masing-masing perajin yang menggelar lapak ini memamerkan berbagai jenis batu akik. Mulai dari batu kalimaya, batu bacan, pirus, serta jenis batu akik lainnya.
Tidak hanya dapat membeli batu akik, pehobi juga mendapat layanan lain seperti jasa poles batu, gosok batu, atau ganti kerangka batu akik.
“Semua kami layani selama bisa. Ganti emban (kerangka) batu akik juga siap,” tambah Marison.
Dia mengaku tetap bersyukur meski pamor batu akik tidak seramai dulu. Sebab, masih banyak pehobi batu akik berasal dari berbagai kalangan.
“Mulai dari anak remaja sampai orang tua. Yang beli tidak hanya dari Kota Mojokerto, ada juga dari luar kota. Terjauh malah ada yang datang dari Aceh,” ujar Marison.
Writer: Hanif Nanda Zakaria
Editor: Dwi Lindawati