KEDIRI, Tugujatim.id – Usai deklarasi, Komunitas Keluarga Anak Istimewa Kediri tak mau berlama-lama. Kini, komunitas ini tengah menyiapkan pendaftaran relawan bagi mahasiswa dan masyarakat umum. Sehingga, diharapkan gerakan komunitas ini segera bisa memberikan dampak positif, terlebih bagi keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus (ABK) di Kediri.
Penggagas Komunitas Keluarga Anak Istimewa, Sunarno, menegaskan komunitas ini akan bergerak sesuai komitmennya yakni menampung keluarga yang mempunyai ABK. Tak hanya berbagi pengalaman, kata Sunarno, tapi juga saling membantu dalam menangani dalam memberikan perhatian dan merawat.
“Saresehan ini menjadi awal terbentuknya komunitas, lalu kami inginnya segera terjun untuk mencari relawan dan Penjaringan data para orang tua anak istimewa di Kediri,” ungkap Sunarno.
Pria yang juga dosen Psikologi IAIN Kediri ini menerangkan saresehan dan deklarasi Komunitas Keluarga Anak Istimewa ini memang diakui berangkat dari banyaknya keinginan dari orang tua yang mempunyai ABK atau anak istimewa. Khususnya, para orang tua yang menitipkan anak di Sekolah Alam Ramadhani. Sehingga, dorongan itu membuatnya bergerak untuk mencoba merangkul para keluarga tersebut.
Tak hanya orang tua saja, imbuh Sunarno, tetapi komunitas ini didukung oleh beberapa kalangan. Seperti, Prof Muladno, guru besar dari Institut Pertanian Bogor (IPB) yang juga orang tua dari anak istimewa di Sekolah Alam Ramadhani. Ada juga Rekian, anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri.
Sunarno mengakui ia bersama kedua orang tersebut yang mengusahakan adanya komunitas yang bergerak untuk memperjuangkan juga hak ABK di Kediri.
“Setelah ngobrol dengan dengan mereka, saya membuat forum ini, dan ternyata banyak pendukungnya,” kata Sunarno.
Di antaranya, sambung Sunarno, dr. Fundhi Khrisna Adi Pinardi, Sp. KFR, Yunda Ilmiati Kamalia, M.Psi., Psikolog, Mochamad Desta Pradana, M.Pd, Rino Hayyu Setyo, Ustadzah Ulya Kepala Sekolah Alam Ramadhani, Siti Fatimah (Rumah Tumbuh Kembang “Bina Talenta”), Imron Muzakki (HIMPSI Kediri Raya), Saptowo (pegiat kemanusiaan), Titik (pegiat kemanusiaan) dan mahasiswa psikologi IAIN Kediri.
Ke depan, Sunarno mengharapkan dengan terbentuknya relawan maka pendataan anak istimewa atau ABK di Kediri bisa segera terlaksana. Di sisi lain, Sekolah Alam Ramadhani yang dikelolanya secara konsekuensi berupaya menjadi Sekolah Alam Insklusif.
“Yang terpenting, masyarakat Kediri saling bersambut untuk berbagi dan membantu dalam merawat anak istimewa,” pungkasnya. (noe/gg)