Tugumalang.id – Kerja apa setelah jadi sarjana menjadi pertanyaan yang kadang sulit dijawab oleh para sarjana. Tak sedikit dari mereka yang menganggur setelah menyelesaikan jenjang S1. Ini suatu persoalan yang menjadi kegelisahan bersama di negeri ini.
Kuliah dan jurusan yang diambil seringkali menjadi tolak ukur seseorang untuk mendapatkan prospek kerja di masa mendatang. Tapi, nyatanya kini banyak sekali sarjana yang belum tahu pekerjaan apa yang harus didapatkan.
Kita akan membahas diskusi Nadiem Makarim, menteri pendidikan dan kebudayaan, riset dan teknologi dengan Deddy Cobuzier tentang sarjana yang menganggur. Dalam video podcastnya (8/03/2020), Deddy Corbuzier mengatakan bahwa banyak sarjana yang melakukan postponing reality atau menunda realita. Karena setelah lulus S1, dia tidak tahu mau bekerja sebagai apa dan akhirnya mengambil S2.
Ternyata, gelar magister yang sudah diraih dinilai terlalu tinggi untuk bekerja dan akhirnya memutuskan untuk jadi dosen yang mengajarkan ilmu kepada anak-anak baru. Di mana anak-anak tersebut juga tidak tahu akan bekerja apa.
Di sini, konsep pendidikan di sekolah tidak 100 persen membuat siswanya sukses.
Atas persoalan itu, Nadiem Makariem manjawab bahwa dalam skop menteri pendidikan dan kebudayaan, hal ini difokuskan kepada pendidikan dalam sekolah formal. Tapi, ada punya program yang lebih luas yaitu pendidikan karakter yang berkaitan dengan revolusi mental yang bertujuan untuk mengubah mindset masyarakat.
Nadiem melanjutkan pada kegelisan Deddy soal apakah setuju kalau kuliah tidak penting, karena dilihat dari realitanya banyak yang bukan sarjana justru lebih sukses dari sarjana? Nadiem menjawab tidak setuju atas pertanyaan tersebut.
“Saya tidak setuju, karena menurut saya (kuliah) penting. Seberapa pentingnya tergantung dengan apa yang terjadi dalam unit pendidikan tersebut,” katanya.
Mengambil contoh sekolah PAUD misalnya, meskipun anak-anak datang ke sekolah hanya untuk bermain, mereka di sana tetap mendapatkan pendidikan non-teori yaitu, social learning. Lingkungan yang mengajarkan bahwa semua murid memiliki aturan serta hak yang sama.
“Nah, program Kampus Merdeka akan menjawab kritik mas Deddy analoginya, anak-anak nantinya akan berenang di laut lepas tapi mereka hanya diajarkan renang satu gaya. Diajarkannya hanya di kolam renang pula. Maka perlu di sini, sekali-kali anak dilepas dilaut dan diajarkan berbagai macam gaya renang agar tidak kaget saat bertemu hiu,” timpalnya.
Mas menteri, demikian Nadiem Makariem biasa dipanggil, juga mengungkapkan bahwa alangkah baiknya metode pengajaran dalam kelas melatih skill-skill itu. Karena lebih baik ceramah dosen direkam saja saat di kelas, lalu tinggal diadakan debat atau diskusi.