MALANG, Tugujatim.id – Mahasiswa Kelompok 5 Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Malang (UM) sosialisasi sebagai upaya mengenalkan, meningkatkan pengetahuan, dan upaya pencegahan mengenai penyakit filariasis. Kelompok mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat UM ini terdiri dari Amanda Lintang Febriyanti, Grevilla Deva Salsabela R, Nadya Rindy Yulyantika, Ranum Dyah Titah Azellia, Revina Safira, dan Zahra Rizki Novitasari.
Untuk diketahui, filariasis merupakan penyakit infeksi sistemik kronik yang disebabkan cacing filarial. Cacing dewasa hidup dalam kelenjar limfe dan darah manusia, kemudian ditularkan oleh nyamuk secara biologik. Parahnya, penyakit ini dapat menimbulkan cacat seumur hidup.
Terdapat tiga jenis cacing yang menyebabkan filariasis yaitu dari kelompok nematoda di antaranya Wucheraria bancrofti (filariasis bancrofti), Brugia malayi dan timori (filariasis malayi dan timori).
Mengacu pada data Depkes RI Tahun 2006, di Indonesia, penyakit ini merupakan salah satu penyakit endemis yang masih menjadi masalah kesehatan. Pada 2016 ada 13.009 kasus, di mana ada 236 kabupaten/kota endemis di Indonesia.
Angka ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah kasus filariasis dibandingkan 2015 di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Tengah. Penyakit yang disebabkan cacing filariasis (W. bancrofti, B. malayi, B. timori) ini akan hinggap di manusia atau nyamuk (Aedes Lymphatic Filariasis) apabila berada di lingkungan yang memiliki iklim tropis utamanya & subtropis, di lingkungan yang memiliki genangan air serta sanitasi yang buruk.
Kegiatan mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat UM ini bernama Perisami (Penyuluhan Mengenai Filariasis Bersama Kami) digelar di gedung C6, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Sabtu (14/10/2023), dengan melibatkan sekitar 12 peserta dan 6 peneliti. Mereka merupakan mahasiswa Departemen Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, UM.
Sosialisasi ini memanfaatkan X-banner sebagai medianya. Dibuka dengan pembukaan berupa sambutan singkat dari ketua peneliti serta dilanjutkan dengan pengisian pre-test oleh seluruh peserta sosialisasi. Soal pre-test berjumlah 5 soal yang berisikan tentang materi penyakit filariasis. Pemberian pre-test dimaksudkan dengan tujuan mengukur pengetahuan sasaran sebelum diberi intervensi berupa sosialisasi.
Kegiatan selanjutnya yaitu sosialisasi mengenai penyakit filariasis. Sosialisasi selama kurang lebih selama 20 menit itu dilakukan dengan metode ceramah. Sosialisasi mengupas pengertian filariasis, trias epidemiologi penyakit filariasis, dampak penyakit filariasis, pencegahan penyakit filariasis, serta faktor risiko penyakit filariasis.
Kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab oleh para sasaran. Sesi tanya jawab awalnya berlangsung selama 10 menit, tapi karena antusiasme peserta sesi tanya jawab berlangsung selama 15 menit.
Pertanyaan yang diberikan peserta berupa gejala filariasis. Selain itu, pada sesi ini ada juga peserta yang melakukan sharing pengalamannya tentang filariasis yang diderita oleh tetangganya. Sesi ini berlangsung dengan komunikatif karena peserta yang aktif bertanya.
Kegiatan dilanjutkan dengan pengisian post-test yang berjumlah 5 soal. Pengerjaan post-test dimaksudkan dengan tujuan mengukur kompetensi peserta sosialisasi sesudah diberi intervensi. Post test diberi waktu 10 menit. Peserta terlihat lancar dalam menjawab soal karena peserta sudah mendapatkan materi mengenai filariasis.
Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan pembagian suvenir, sesi foto bersama, dan penyampaian kesan dan pesan sebagai penutup sosialisasi.
“Sosialisasi mengenai filariasis ini diharapkan dapat menjadi salah satu langkah preventif yang dapat dilakukan untuk menghindari, mencegah, dan memutus rantai penularan penyakit filariaris,” kata Amanda Lintang Febriyanti.
Peserta yang tergabung dalam sosialisasi ini sangat antusias dalam rangkaian kegiatan sosialisasi sehingga acara yang dilangsungkan dapat berjalan dengan lancar dan terstruktur.
Writer: Feni Yusnia
Editor: Dwi Lindawati