MOJOKERTO, Tugujatim.id – Tradisi saat perayaan Idulfitri bisa jadi berbeda di tiap daerah. Bahkan dalam lingkup paling kecil, seperti desa. Desa satu dengan desa yang lain bisa berbeda cara merayakan momen Lebaran.
Biasanya selepas salat Idulfitri, orang-orang keluar dari rumah menuju tetangga masing-masing untuk saling meminta maaf. Namun ada pula sebuah tradisi di mana orang-orang langsung menuju makam untuk ziarah kubur setelah salat Idulfitri. Daerah yang menerapkan tradisi tersebut biasanya melaksanakan ritual saling meminta maaf dengan tetangga atau kerabat masing-masing sehari setelah salat Id.
Seperti tradisi yang ada di Desa Sidoharjo, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Selepas salat Idulfitri, warga berduyun-duyun mendatangi makam untuk berziarah kubur. Setelahnya, mereka saling meminta maaf dengan keluarga inti di rumah. Sedangkan ritual bermaafan dengan tetangga dilakukan sehari setelahnya.
Salah satu tokoh Desa Sidoharjo, Ustaz Aminuddin mengatakan bahwa tradisi tersebut sudah berlangsung sejak lama. Bahkan, tradisi ziarah kubur selepas salat Id sudah dilakukan sebelum ustad Aminuddin lahir.
Menurutnya, ziarah kubur itu selain untuk mengingat kehidupan setelah kematian, juga bertujuan untuk mengirim doa kepada keluarga yang telah meninggalkan dunia.
“Ziarah kubur setelah salat Id itu sudah dilakukan sejak lama. Selain untuk mengingat kehidupan nanti (setelah kematian), juga mendoakan kepada yang sudah meninggal karena doa untuk orang meninggal itu merupakan bentuk kebaikan,” jelasnya, belum lama ini.
Dari tinjauan filosofis, ziarah kubur setelah salat Id memiliki makna mendalam. Ziarah kubur tersebut merupakan bentuk pertautan abadi antara orang yang masih hidup dengan orang yang sudah meninggalkan dunia. Walau bagaimanapun, kerabat yang masih hidup tidak dapat melupakan keluarganya yang sudah berpindah alam.
Simbol pertautan tersebut terwujud dalam untaian doa yang dipanjatkan saat ziarah kubur dengan harapan semoga Tuhan YME mengampuni segala dosa dan menerima amal kebaikan orang yang sudah meninggal dunia.
Selain itu, sebelum membacakan doa, orang yang berziarah biasanya turut membersihkan makam keluarganya dengan mencabuti rumput liar di sekitar makam, membersihkan nisan dari debu, atau menyapu daun-daun kering yang berserakan di atas kuburan.
Selain makna filosofis, terdapat perputaran ekonomi yang terjadi saat ziarah kubur selepas salat Idulfitri. Banyak dijumpai para penjual bunga yang menggelar lapaknya persis setelah salat Id selesai. Para peziarah yang tak sempat membeli bunga dapat membelinya pada para penjual tersebut. Dengan demikian, terjadi perputaran roda ekonomi di sekitar makam.
Ziarah kubur juga memberi pesan bahwa sesempurna apapun kondisi seorang manusia, ia tak dapat mencegah kematian kerabatnya. Bahkan, kematian dirinya sendiri kelak. Maka, peziarah berhadapan dengan kuburan di mana terbangun kesadaran reflektif bahwa kelak ia akan terbaring tak berdaya seperti kerabatnya yang sudah meninggalkan dirinya terlebih dahulu.