TUBAN, Tugujatim.id – Kabupaten Tuban di Jawa Timur menjadi salah satu wilayah pusat penyebaran agama Islam. Terbukti dari banyaknya makam waliyullah yang disemakan di sana. Bukti lainnya yakni Masjid Agung Tuban yang berdiri kokoh meskipun telah didirikan sejak dua abad lalu.
Masjid yang terletak di pusat pemerintahan Tuban itu memiliki sejarah panjang. Beberapa literatur menuliskan, Masjid Agung Tuban didirikan dan diresmikan pada 29 Juli 1894 oleh Bupati Tuban, Raden Tumenggung Koesoemodikdo.
Peresmian Masjid Agung Tuban diabadikan dalam batu prasasti yang berada di pintu depan masjid.
Bangunan masjid itu kental dengan gaya arsitektur Eropa. Yang mana digawangi oleh Opzichter B O W H M Toxopeus.
Pemerhati Sejarah Tuban, Mutholibin mengatakan bahwa dari berbagai sumber yang dipelajarinya, proses penyebaran Islam tak lepas dari peran dan fungsi masjid. Begitu pula Masjid Agung Tuban yang memiliki catatan sejarah panjang.
Di fasad dengan bentuk tulisan Arab yang tertera di atas pintu masuk Masjid Agung Tuban, tertulis masjid itu didirikan pada Ahad (Minggu) 25 Muharam 1212 H/1824 M.
Silih berjalannya waktu. Masjid Agung Tuban mengalami beberapa kali renovasi untuk menampung banyak jemaah yang ingin menjalankan salat lima waktu. Renovasi dilakukan pada 1975 dan 1987 yang diresmikan Wakil Gubernur Jatim.
Kemudian mengalami renovasi besar-besaran di era Bupati Tuban, Heany Relawati Rini W pada 2004 dan diresmikan kembali pada 2006 oleh Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla. “Pada renovasi itu. Ada penambahan infrastruktur mulai dari tempat wudu, lantai, dan ditambah kuba serta menara,” jelasnya.
Menurutnya, itu menandakan spirit atau semangat religius masyarakat bumi wali, sebutan Tuban, tinggi sekali dengan masif melakukan penyebaran agama Islam.
“Ini terbukti dengan indah dan megahnya Masjid Agung Tuban bisa dibilang mirip negeri seribu satu malam, karena gemerlap dan masjid kebanggaan masyarakat Tuban ini,” ucapnya.
Menariknya, di dalam Masjid Agung Tuban ada akulturasi budaya, mulai dari budaya Nusantara, Timur Tengah, India, dan Eropa yang digabungkan menjadi satu kesatuan bentuk.
“Namun hebatnya tidak meninggalkan jejak arkeologi atau artefak Masjid Agung Tuban yang lama dan dikolaborasikan menjadi modern seperti ini,” pungkasnya.