JEMBER, Tugujatim.id – Hot Wheels atau mainan mobil mini yang telah hadir lebih dari lima dekade menjadi mainan sekaligus teman lintas generasi. Mulai dari anak-anak, orang dewasa dan orang tua hingga saat ini masih setia dengan mainan asal Amerika Serikat itu.
Berbagai alasan pun tidak dapat terlepas dari ketertarikan dari masa kecil yang terus dibawa hingga seiring berjalannya waktu.
Ketua Race Hot Wheels Jember, Agung Fathur mengungkap, adanya istilah Masa Kecil Kurang Bahagia (MKKB) tidak sepenuhnya benar.
Menurutnya, ketertarikan orang dewasa terhadap mainan mobil mini itu merupakan kebahagiaan dari masa kecil, yang terus mereka bawah hingga dewasa atau bahkan hingga tua nanti.
“Segala bentuk toys (mainan) memang diperuntukkan untuk anak-anak sebetulnya, karena kembali lagi sejatinya para lelaki tidak pernah dewasa, jadi banyak yang menyampaikan bahwasanya MKKB sebetulnya itu salah, karena kebahagiaan itu di kala kecil itu kita bawa hingga dewasa,” ujar pria yang akrab dipanggil Oong, Minggu (21/7/2024).
Hal tersebut menjadi salah satu alasan mobil mini itu menjadi teman, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa. Sedangkan alasan lainnya, mainan mobil mini itu memiliki rentang harga, mulai dari yang terjangkau, hingga dapat dibilang terlalu mahal untuk mainan semungil itu.

“Hot Wheels jadi mainan yang bisa dibeli oleh semua kalangan, karena harganya lebih murah dari pada mainan lainnya, mulai dari lima belas ribu, dua puluh ribu, itu ada,” terang Oong.
Meski, beberapa mainan mobil mini Hot Wheels memiliki harga yang cukup fantastis, dirinya menegaskan bahwa tidak semuanya mahal. Biasanya, mainan mobil mini itu mahal, hanya pada beberapa item dan kategori.
Biasanya, mainan mobil mini Hot Wheels memiliki harga mahal karena item tersebut merupakan barang yang dipasarkan di Jepang atau dikenal dengan sebutan Japanese Domestic Market (JDM). “Japanese Domestic Market yang benar-benar dibuat dan create di negara Jepang,” tegasnya.
Sehingga, ketika mainan mobil mini Hot Wheels itu datang ke Indonesia (barang impor) membuat harga penjualan di Indonesia menjadi mahal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Reporter: Diki Febrianto
Editor: Darmadi Sasongko