BOJONEGORO, Tugujatim.id – Museum menjadi tempat penyimpanan benda-benda bersejarah. Di Bojonegoro, ada salah satu museum yang dapat dijumpai yakni di SDN II Panjunan, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Langkah menyelamatkan peninggalan benda bersejarah menjadi cikal bakal berdirinya Museum 13 tersebut. Museum ini didirikan oleh Hary Nugroho.
Hary yang metupakan pemilik sekaligus pengelola Museum 13 (baca: satu tiga) ini menyebut, adanya fosil di Bojonegoro menunjukkan sejarah panjang kabupaten yang berbatasan dengan Jawa Tengah ini.
Museum 13 berada 15,1 km dari pusat kota. Hary menyulap ruang kelas SDN II Panjunan menjadi layaknya museum.
Temuan bersejarah yang dipajang dalam etalase tersebut ditemukan 13 orang termasuk Hary. Jumlah anggota kebetulan sama seperti nama museum.
Penamaan museum 13, kata Hary memiliki filosofi khusus. Satu (1) merupakan Tuhan Yang Maha Esa. Sementara tiga (3) mengambil proses kehidupan. Di antaranya lahir, hidup, dan mati. Bak ahli Paleontologi, secara komunal ‘nggladak’ di berbagai wilayah di Kabupaten Bojonegoro.
“Nggladak istilah teman-teman saat proses mencari dan penyelamatan fosil purba. Ketertarikan di dunia Paleontologi ini bermula saat dulu mencari bebatuan akik. Saat itulah temuan fosil pertama yaitu fosil gigi dan kaki gajah,” ucapnya.
Hary masih ingat, Museum 13 berdiri sejak 1989. Kini telah berumur 33 tahun sejak penemuan fosil pertama. Berbekal melihat peta geologi, beberapa titik penjelajahan di antaranya Desa Drenges, Kecamatan Sugihwaras dan Kali Gandong di Kecamatan Sugihwaras yang juga merupakan anak kali tertua. Ada juga di Desa Pragelan, Kecamatan Gondang dan Desa Wotanngare, Kecamatan Kalitidu.
“Kendalanya ada pada ‘kolekdol’. Istilah untuk orang yang mengoleksi tapi di-dol (dijual). Jadi kalah cepat untuk menyelamatkan penemuan-penemuan bersejarah. Sebab berbicara tentang cagar budaya masih kalah dengan urusan perut karena dijual bebas,” selorohnya.
Temuan demi temuan mereka dapatkan. Terbaru, ada penemuan 79 spesies molusca di Kabupaten Bojonegoro. Sementara di Maret 2022 ini ditemukan fosil Stegodon Trigonochephalus Ivory (gading) berdiameter 42 cm x 9 cm. Penemuan fosil di Desa Ngluyu, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk.
Menurutnya, gading bagian femur juga pernah ditemukan di Desa Bareng, kecamatan Ngasem pada 2016 silam. Dengan prakira umur antara 300 ribu hingga 10 ribu tahun.
Pengelolaan museum secara mandiri ini pun mendapat perbantuan konservasi dari Sragen dan Museum Geologi Bandung. Sehingga kata Hery, ilmu baru pemetaan lapangan dan observasi bersumber langsung dari ahlinya.
“Kami juga memiliki agenda dengan siswa-siswi untuk terjun langsung praktik. Seperti saat bersama Balai Arkeologi Yogjakarta. Siswa terlibat langsung dalam proses ekskavasi Situs Wotanngare. Atau belajar mengidentifikasi artefak. Kegiatan bersama siswa ini dapat menumbuhkan rasa untuk peduli terhadap peninggalan bersejarah,” tukasnya.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim