MOJOKERTO, Tugujatim.id – Cuaca ekstrem memang menjadi momok bagi beberapa daerah, termasuk di Mojokerto. Karena sulit diprediksi, kejadian tidak terduga banyak terjadi sehingga menimbulkan kerugian baik material maupun non material yang tidak sedikit. Hal ini juga berpotensi saat musim kemarau Mojokerto.
Terkait cuaca ekstrem, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto memprediksi musim kemarau 2023 akan berlangsung cukup lama. Musim kemarau Mojokerto mungkin akan berlangsung hingga November 2023.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Mojokerto Djoko Supangkat mengatakan, adanya fenomena el nino mengakibatkan cuaca panas melanda. Menurut Joko, suhu di Mojokerto bisa mencapai hingga 37 derajat Celcius.
“El nino ini menjadi sebab cuaca panas melanda di Mojokerto,” kata Djoko pada Senin (08/05/2023).
Djoko menambahkan, berdasarkan laporan BMKG, wilayah Jawa Timur akan memasuki musim kemarau Mojokerto pada Mei.
“Berdasarkan prakiraan cuaca BMKG mulai masuk musim kemarau untuk wilayah Jatim sekitar Mei hingga November 2023,” terang Djoko.
Selain itu, fenomena el nino yang diprediksi berlangsung lama dikhawatirkan dapat mengakibatkan bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan kekeringan. Karena itu, Djoko mengatakan, butuh kesiapsiagaan untuk mengatasi potensi bencana yang dimaksud.
“Perlu kesiapsiagaan dan waspada terhadap bencana karhutla dan kekeringan. Apalagi beberapa daerah berpotensi mengalaminya,” beber Djoko.
Dia melanjutkan, fenomena karhutla sering dipicu oleh vegetasi kering yang dihanguskan suhu panas. Beberapa kawasan hutan hujan tropis di daerah Jabung, mulai dari Gondang, Pacet, Jatirejo, hingga Trawas menjadi perhatian BPBD Mojokerto agar disiagakan lebih awal untuk mengurangi risiko bencana karhutla.
Selain itu, potensi bencana kekeringan juga diprediksi terjadi di sejumlah desa di Kecamatan Ngoro dan Trawas. Desa-desa tersebut belum dialiri air bersih. Mereka masih mengandalkan dropping dari daerah di bawahnya.
“Beberapa desa di Ngoro dan Trawas masih mengandalkan dropping air dari area bawah. Karena itu, ada kemungkinan terjadi bencana kekeringan,” imbuh Djoko.