MALANG, Tugujatim – Kabar duka menyelimuti kalangan Nahdliyin. Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur (Jatim) Andri Dhewanto Ahmad meninggal dunia akibat positif Covid-19. Almarhum tutup usia di umur 49 tahun pada Kamis (29/07/2021), sekira pukul 05.00 WIB.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, suami dari Hikmah Bafaqih, anggota DPRD Provinsi Jatim, ini mengembuskan napas terakhirnya saat tengah berjuang menjalani perawatan Covid-19 di RSSA Malang. Dia dirawat di RSSA Malang sejak Jumat (23/07/2021).
Di usia yang relatif muda, mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jatim ini meninggalkan seorang istri dan 4 anak. Rencananya jenazah akan disemayamkan di rumah duka di Jalan Kramat, Pagentan, Singosari, Kabupaten Malang, dan akan dikebumikan di TPU Bungkuk pada 20.00 WIB.
Menurut putra pertama almarhum, M. Muhiddin Kukuh, sang ayah mulai jatuh sakit sejak Selasa (20/07/2021). Namun, keluarga memutuskan untuk melakukan perawatan mandiri di rumah terlebih dulu.
”Pertimbangan kami ke psikis Ayah karena kondisi rumah sakit kan lagi serem. Waktu itu juga gak ada gejala sesak napas,” kisah dia pada reporter di rumah duka.
Selang 3 hari kemudian, gejala sesak napas mulai muncul. Keluarga bahkan juga sempat memberi pertolongan oksigen secara mandiri. Namun, saturasi oksigen dalam tubuhnya terus menurun. Hingga akhirnya diputuskanlah untuk merujuk ke RSSA Malang.
Namun, pada Senin (26/07/2021), Kukuh melanjutkan, hasil tes swab Polymerase Chain Reaction (PCR) dari almarhum terkonfirmasi positif Covid-19. Sejak itu berbagai penanganan medis dilakukan, mulai dari pemasangan ventilator dan lain-lainnya.
Namun, kondisinya tak juga membaik. Kukuh mengatakan, tim dokter di RSSA Malang juga sempat memberi opsi penanganan terakhir dengan cara memasang selang oksigen di bagian leher. Hanya saja, kondisi tubuhnya, mulai tingkat saturasi dan jantungnya tak kunjung stabil.
”Belakangan baru tahu jika ternyata di paru-paru itu ada bakterinya, hingga merembet ke jantung. Dikasih obat tapi mungkin sudah gak kuat, akhirnya jantungnya melemah,” tuturnya.
Dia mengatakan, jantungnya juga sampai di-proning, pelan-pelan dipijat tapi juga gak ada hasil signifikan.
“Hingga jam 5 pagi tadi, detak jantungnya hilang,” tandasnya.
Kabar berpulangnya tokoh Nahdlatul Ulama (NU) ini juga sampai di telinga Bupati Malang Muhammad Sanusi. Pria yang akrab disapa Abah ini menyempatkan diri di tengah giatnya untuk berbelasungkawa ke rumah duka. Atas kabar ini, dia menyampaikan turut berduka cita bahwa Malang kembali kehilangan orang-orang baik.
”Hal yang paling saya ingat dari beliau itu low profile dan sering menolong. Dengar kabar tadi pagi dari teman-teman, saya turut berduka. Semoga diberikan ketabahan luar biasa bagi keluarga dan umat,” ucapnya.