Membentak pada anak bisa berdampak buruk bagi kesehatan psikologis anak. Maka, Anda sebagai orang tua sebaiknya menghindari hal ini. Sebab, berusaha mendidik anak dengan penuh cinta dan kelembutan tentunya lebih baik, bukan?
Meski demikian, kenyataannya semua itu tidak semudah yang diucapkan. Seiring bertambahnya usia, ada saja tingkah anak yang membuat orang tua marah dan jengkel. Padahal setiap orang tua tentu ingin memiliki anak yang patuh. Maka dari itu, orang tua akan marah apabila sang anak berbuat salah.
Mereka juga tidak jarang membentak untuk menciptakan ketakutan pada anak. Hal itu dilakukan agar sang anak mau menuruti semua perintah orang tua. Suara keras saat membentak justru membuat pesan yang ingin disampaikan tidak bisa diterima dengan baik dan jelas oleh anak.
Baca Juga: Hobi Menyaksikan Video Binatang Lucu dan Imut Baik untuk Kesehatan, Studi Membuktikan
Bentakan ini juga akan berakibat fatal pada anak. Akibatnya pun bisa jangka panjang. Seorang anak yang sering mendapat bentakan akan menganggap semua itu sebagai hal yang biasa dan normal. Mereka pun akan melakukan hal yang sama kepada orang lain, termasuk orang tua.
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa bentakan, makian, kata-kata kasar, atau semacamnya bisa berakibat fatal pada anak. Hal itu bukan merupakan perkara kecil. Saat itu, setidakknya satu milyar sel otak akan rusak. Selain itu, ada pula beberapa dampak bentakan pada psikologis anak yang tidak bisa dianggap remeh.
Berikut adalah beberapa dampak psikologis tersebut:
1. Perkembangan pola pikir anak terhambat
Sel otak akan terus mengalami tumbuh kembang dari masa kanak-kanak. Pola asuh orang tua tentu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ini. Apabila pola asuh itu orang tua sering membentak anak, maka sel otak anak akan mengalami kerusakan dan perkembangan pola pikir pun terhambat. Pola pikir itu juga tidak bisa berkembang seperti bagaimana semestinya. Kecerdasan anak pun akan terganggu. Hal itu tentu merugikan anak-anak yang masih dalam tahap perkembangan.
2. Anak akan kehilangan rasa percaya diri
Anak yang sering menerima bentakan dari orang tua akan mengalami perubahan sikap dan pola pikir. Mereka juga cenderung akan kehilangan rasa percaya diri. Hal ini tentu membuat anak susah bergaul karena mereka malu dan takut untuk berbaur dengan lingkungannya. Akhirnya bukan tidak mungkin apabila anak ini tidak memiliki teman atau penyendiri. Padahal lingkungan sosial sangat dibutuhkan dalam tumbuh kembang anak.
3. Anak akan kesulitan mengendalikan emosi
Orang tua yang kerap membentak pada anak akan diterima anak sebagai kenangan atau memori buruk. Kenangan itu akan hadir kembali ketika anak mengalami hal-hal yang memiliki kesamaan dengan peritiwa sebelumnya. Hal ini bisa menyebabkan anak sulit mengendalikan emosi. Sang anak juga bisa kapan saja meluapkan emosi yang meledak-ledak tersebut pada lingkungannya. Akhirnya anak-anak pun akan menjadi sosok yang tempramental.
4. Rentan memiliki gangguan kejiwaan
Gangguan kejiwaan bisa disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya faktor dari keluarga. Seorang anak yang sering dibentak cenderung mudah tertekan dengan keadaan. Tidak jarang, mereka menganggap bahwa semua orang tidak berpihak kepadanya. Akhirnya mereka pun hidup dalam kecemasan dan kegelisan. Seiring berjalannya waktu, sang anak pun bisa saja mengalami gangguan kejiwaan seperti depresi. Apabila membentak pada anak ini terus berlanjut, anak pun harus mendapat pendampingan psikologis
Dampak bentakan pada anak memang sangat berbahaya. Maka dari itu, sebisa mungkin kita harus mengurangi bentakan tersebut. Berikut adalah beberapa tips untuk meminimalkan atau mengurangi bentakan tersebut.
- Orang tua tidak boleh terbawa emosi dan terpengaruh dengan teriakan anak.
- Orang tua harus selalu mengingat bahwa anak adalah peniru ulung.
- Orang tua harus mengingat bahwa kepribadian anak dibentuk dari masa sekarang
- Ubah posisi ketika dirasa sudah emosi
- Palingkan wajah sejenak dari anak
Nah, setelah membaca hal-hal di atas, yuk instropeksi diri! Hindari membentak atau mengumpat dengan makian kasar pada anak agar pertumbuhan mereka bisa optimal. (Sindy Lianawati/gg)