MALANG, Tugujatim.id – Persoalan PDAM yang sering mati di Kota Malang, membuat warga resah. Meski pelayanan penyedia air minum di Kota Malang yang kini bernama Perumda Tugu Tirta itu memiliki sederet penghargaan bergengsi di kancah nasional, tapi banyak persoalan di balik itu semua yang belum terselesaikan.
Bahkan, warga Kota Malang mengeluhkan pernah memakai air sungai yang kurang bersih hingga mengungsi ke wilayah lain. Hal itu mereka lakukan saat persoalan air PDAM Kota Malang tiba-tiba mati. Tak tanggung-tanggung, suplai air ini bisa mati hingga 3 hari-6 bulan.
Rosita, warga Kelurahan Wonokoyo, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, ini contohnya. Dia mengatakan, suplai air di rumahnya mati beberapa hari lalu. Meski saat ini air sudah kembali mengalir, dia mengaku lelah dengan kondisi itu.
“Kalau pas mati gitu ya kami pasti kesulitan buat mandi maupun masak. Matinya itu kadang sebulan sekali, bahkan pernah mati selama 6 bulan,” kata Rosita yang enggan disebutkan nama aslinya, Senin (04/07/2022).
Menurut dia, kondisi ini telah berlangsung sejak tiga tahun terakhir. Tentu saja kondisi ini membuatnya harus memutar otak untuk bisa mendapatkan air demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Saya kadang ambil air di sungai, tapi kan gak bisa buat masak. Kadang juga numpang air sumur milik warga lainnya,” ucapnya.
Sementara itu, Wike Agustin Rahayu, warga lain di Kelurahan Wonokoyo, juga mengaku suplai air PDAM di rumahnya mati selama 3 hari sejak Kamis (30/06/2022). Dia mengaku suplai air bisa mati 2-3 kali dalam sebulan.
“Pas mati terakhir itu kebetulan ada saudara saya dari Surabaya nginep di rumah. Berhubung air mati, saya ajak mereka ngungsi di rumah saudara lain di Sawojajar. Kebetulan saya juga punya anak kecil, jadi air bersih harus ada terus,” ungkapnya.
Sedangkan solusi yang ditawarkan Perumda Tugu Tirta Kota Malang untuk menghubungi truk tangki air jika PDAM mati masih slow respons. Dia mengaku harus mengungsi sampai suplai air PDAM kembali lancar.
“Tiap bulan itu kayak rutin ada info kebocoran pipa PDAM. Lalu tiap wilayah ada yang terdampak dan bergiliran. Jadi, kami berharap PDAM memperbaiki atau merawat pipa-pipa lama agar tak mudah bocor,” tuturnya.
Di sisi lain, Yunita Siskawati, warga Kelurahan Buring, Kecamatan Kedungkandang, juga mengaku kerap mengalami hal serupa. Padahal, menurut dia, tarif air PDAM di wilayahnya dirasa cukup mahal.
“Di sini airnya mahal, tapi sering mati. Kami bayar air per bulan rata-rata di atas Rp 150 ribu,” ucapnya.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim